Bab 54

435 44 0
                                    

Cahaya remang-remang lampu di rumah sederhana itu menemani langkah Syifa menuju dapur. Aroma masakan sederhana menguar, membuat Salma yang masih terlelap tidur seketika menggeliat, wanita yang masih setengah sadar itu lantas mencari keberadaan adik sepupunya.

"Kemanain nih anak?" Tanya Salma dengan suara yang hanya bisa di dengar olehnya, tidak ada Syifa di samping tempat tidurnya.

"Bau wangi apaan nih?" Salma segera bergegas menguncir rambutnya, lalu bergerak menuju sumber aroma yang berada di dapur rumahnya.

Sementara itu, Syifa tengah menghidangkan semur ayam buatannya ke atas meja.

"Mpok? Udah bangun?" Kata Syifa menyambut kedatangan Salma di dapur.

"Ya Allah Syif, lo ngapain repot-repot masak begini? Lo kan adik gue." Jawab Salma. Ia merasa tidak enak hati pada adik sepupunya itu.

"Syifa nggak enak Mpok, Mpok Salma udah baik banget sama Syifa. Masa Syifa nggak ngapa-ngapain." Gadis berhijab itu lantas menuangkan teh hangat yang telah ia buat sebelumnya.

"Lo kayak sama siapa aja dah. Lo nggak perlu masak-masak kayak gini Syif."

Salma meraih posisi duduk di kursi meja makan rumahnya, di ikuti oleh Syifa.

"Mpok, di sekitaran sini ada kontrakan kosong nggak ya?" Tanya Syifa ke inti nya.

"Kontrakan kosong? Buat apa? Lo kan bisa tinggal di mari."

"Ya nggak bisa Mpok, ada Bang Rony. Lagi pula, nanti apa kata warga sini kalo misalkan Syifa ikut tinggal bareng sama Mpok sama Abang?"

Kali ini, apa yang di katakan Syifa ada benar nya juga. Tidak mungkin Salma memberikan tumpangan pada adik sepupunya dalam jangka waktu yang lama.

"Ada sih, di tempatnya Haji Toing. Sebelahan sama kontarakannya si Rama, guru ngaji nya si Adul."

"Ooh, Mpok bisa anterin Syifa ke sana?"

"Bisa, ntar pagian Mpok anterin ke sana sekalian belanja sayur ya."

"Alhamdulillah."

"Ya Allah, mak." Teriak Adul. Mendadak, kehadiran anak bertubuh gempal itu menghentikan obrolan Syifa dan Salma. Ia berdiri mematung dengan bekas air liur yang berjejak di pipinya. Keduanya pun langsung menoleh ke sumber suara.

"Lo kenapa, Dul?" Tanya Salma, menatap wajah anaknya yang sudah menunjukan ekspresi tak percaya itu.

"Ada bidadari dari mana itu, mak?" Tanya Adul lagi.

Adul nih, giliran lihat yang bening-bening aja, mata nya langsung melek. Gak sadar diri sama ilernya.

"Idih, lo masih piyik, Tong. Makin lama lo makin mirip ama Baba lo ya."

Mengucap kata Baba, Salma langsung gelagapan. "Lah, laki gue mana?" Tanya Salma.

"Syifa nggak lihat Bang Rony dari tadi Mpok."

"Adul juga nggak makan Baba kok, Mak."

Kriik! Kriikk!

"Dul, lo kira lo titisan nya sumanto bisa makan Baba lo." Kata Salma mulai emosi.

"Ooh, bukan Mak. Ini kan Adul, anak Emak. Bukan Abang nya Mbak Sumanti si tukang jamu."

Astagfirullah.

Syifa hanya menatap bingung keduanya. Sementara Salma menahan diri untuk tidak menggetok anak semata wayangnya itu.

"Udah dah, Emak susulin Baba lo dulu di rumah nya Cing Nabila."

"Mak, Adul ikut."

"Mau ngapain lo ikut? Udah lo di mari aja." Titah Salma.

"Syif, anterin Mpok kedepan ya. Ntar lo kunci lagi pintu nya. Disini rawan maling."

Syifa hanya mengangguk patuh atas perintah kakak sepupunya. Lantas Salma meraih jilbab yang ia sangkutkan di belakang pintu kamarnya, lalu bergegas menuju rumah Nabila.

Ketiganya pun bergerak menuju pintu depan rumah Salma.

Ceklek!

"ASTAGFIRULLAHAL ADZHIIM!" Salma benar-benar di buat kaget atas apa yang ia lihat di depan pintu rumahnya saat ini.

Sementara lelaki dengan logat ngapak itu hanya menyengir kuda dengan posisi merangkak.

"LO NGAPAIN DI MARI!" Omel Salma.

"Ora biyunge, n-nyong, n-nyong nang kene arep beresin sendal tok. Yakinlah sumpah. " Kata Jerome basa-basi-busuk.

"Alah! Alesan aja lo!"

"Mpok, dia laki-laki yang Syifa ceritain tadi malam." Bisik Syifa.

"Dia juga yang udah maling mejikom Mpok, Syif." Kata Salma tidak kalah bisik-bisik.

"Ora, nyong udu maling biyunge, nek nyong maling mejikome biyunge ora balik nganti saiki."

"Lo ngarti kaga Syif?" Kini giliran Salma yang berbisik pada Syifa. Sementara gadis berhijab itu hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

"Aduh, gua kagak ngarti lo ngomong apa! Pokonya gue gak mau tau, lo pergi dari sini buruan, sebelum gue teriakin lo maling!" Ancam Salma.

Kali ini, Salma benar-benar di buat kesal atas sikap Jerome yang seenaknya datang ke rumahnya di pagi-pagi buta seperti sekarang ini. Sementara Jerome bangkit dari posisinya, menyelaraskan tubuhnya dengan Salma dan Syifa.

"Saya kesini cuma mau kenal sama dia, biyunge." Kata Jerome lagi, wajahnya mulai serius dengan logat yang masih terdengar ngapak. Lelaki itu lantas menatap sekilas Syifa yang masih berdiri mematung di samping Salma.

"Jangan harap." Kata Salma.

"Saya bukan maling." Kali ini, netra matanya bergerak ke arah Syifa. Jerome seolah meyakinkan bahwa ia bukanlah laki-laki aneh seperti yang Syifa fikirkan tadi malan. Detik kemudian, pandangan keduanya terkunci.

"Astagfirullah." Syifa buru-buru menghilangkan bayangannya tentang Jerome.

"Gue bilang pergi dari sini sekarang!"

Tidak ada pembelaan lagi dari Jerome. Ia hanya bisa menuruti keinginan Salma kali ini.
_____

Kampung Senggol X PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang