Ini adalah sahur pertama bagi para tetangga di Kampung Senggol, Salma terlihat begitu bersemangat untuk membangunkan suami dan anak semata wayangnya meskipun ia sendiri masih di landa kantuk.
Ia menyingkap sarung yang beralih profesi menjadi selimut, lalu bergegas membangunkan Adul di kamarnya, sementara Rony masih asyik mendengkur di atas ranjang berkarat itu.
"Dul." Ucap Salma dengan suara lirih sesaat setelah ia tiba di kamar anaknya.
Adul menggeliat, "iya, mak." Cicit Adul sambil mengucek kedua matanya.
"Kata nya Adul mau diet biar si Putri sama si Elisabeth naksir sama Adul, ayo dah kita sahur, emak udah masakin ayam kecap sama semur daging dari cing Nabila."
"Bulan besok Adul kurus, mak?" Tanya Adul setengah sadar.
"Masalah itu mah tergantung amal dan perbuatan, Dul."
"Amal dan perbuatan itu apa mak?"
"Lo jangan banyak tanya dah, buruan cuci muka ke kamar mandi, emak mau bangunin Baba lo dulu."
"Iya, mak." Adul pun meninggalkan Salma lalu bergegas menuju kamar mandi.
Sementara itu, Salma kembali menuju kamarnya, Rony masih terlihat lelap walau sarung yang ia kenakan sudah melorot hingga menampakan kolor berwarna kuning bergambar spongebob di sana. Beruntung kolor yang ia kenakan kali ini adalah kolor baru, bukan kolor lama.
"Bang, bangun. Sahur dulu."
"Hmm," Rony menggeliat sambil mengelap iler dengan kaos yang dikenakannya.
"Gorengan gue mana, Ul." Gumam Rony dengan mata tertutup.
"Lah? Nih orang malah ngigau."
"Woy, bang." Salma kembali berucap sambil kembali mengguncang tubuh suami nya.
"Hah? Gorengan abang mana, Sal?" Rony pun bangun sebangun-bangun nya setalah mendapat guncangan yang cukup kuat dari istrinya, ia meraih posisi duduk dengan raut wajah linglung.
"Gorengan engkong, lo! Sahur, woy. Malah mimpi gorengan, keseringan ngeronda sih lo, bang. Udah buruan bangun, gue mau siapin makanan
nya dulu.""Tadi si Paul ngambil gorengan abang, Sal." Ucap Rony
"Lo mau ambil lagi tuh gorengan? Lo ambil dah dalem mimpi." Salma pun meninggalkan Rony sambil menggelengkan kepalanya. Ia hanya tak habis pikir pada kebiasaan buruk suami nya yang tak pernah hilang sejak awal mereka menikah, yaitu melindur. Wanita berdaster itu terus menggerutu sambil berjalan menuju dapur.
"Emang bener-bener tuh si Rony, gue udah masakin ayam kecap sama ada semur daging dari si Nabila. Eh, dia malah nyariin gorengan. Besok gue bikin gorengan daun singkong sekalian, biar dia puas--" Salma masih menyerocos sembari meraih ayam kecap dan semur daging dari dalam kulkas, lalu dengan sigap ia menghangatkan kedua menu makan sahur itu.
Sementara matanya kembali berkeliling dengan raut wajah penuh tanya, bingung sekaligus panik.
"Kudu nya mah di mari." Ucap Salma dengan penuh keyakinan, sambil menunjuk jari telunjuknya ke arah meja dapur yang berada persis di depannya.
"Bang.." detik kemudian Salma memanggil suaminya. Rony yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghampiri Salma di dapur.
"Iya, Sal."
"Mejikom gue kemana?"
Lah?
"Mana abang tau, sayang. Abang kan abis dari kamar mandi."
"Lo lihat si Adul di depan, bang. Gue ngeri dia lagi nyemilin nasi."
Rony dengan kesadaran penuh berjalan menghampiri Adul di ruang tamu, sialnya, Adul malah kembali tertidur dengan kepala yang bersandar pada tangan kursi.
"Si Adul lagi tidur di kursi, Sal."
Setelah mendengar informasi dari suaminya, ia malah semakin panik.
"Terus mejikom gue kemanain, bang?"
"Lo udah cari di kolong meja?"
"Ya kali itu mejikom punya kaki, bisa jalan dewek."
"Tapi beneran semalem lo taruh sini?" Tanya Rony meyakinkan.
"Beneran bang, emang biasanya gue taruh sini kok, semalem abis masak nasi gue sama si Adul langsung pergi ke rumah nya si Nabila."
"Pintu lo kunci?"
Salma mengerutkan dahi nya, seakan tengah mengingat sesuatu.
"Hehe, iya bang, gue lupa." Ucap Salma tanpa dosa, ia malah cengengesan, padahal tengah di timpa musibah.
Setelahnya, Rony dan Salma kembali terdiam dengan wajah yang saling memandang satu sama lain.
"Jangan-jangan?" Tanya Rony.
Salma masih berfikir keras.
"Jangan-jangan?" Tanya Salma.
"Jangan-jangan?" Tanya Salma dan Rony.
"MALIINNGG!!" "MALIING!!!" Teriak Rony dan Salma dengan kompak, membuat Adul yang tengah tertidur langsung terjaga sambil meraih posisi duduk, ia terbangun dengan wajah linglung dan setengah ketakutan. Lalu lari terbirit-birit menuju dapur untuk menemui kedua orangtuanya.
"Mana maling nya, mak? Adul takut, mak." Ucap Adul dengan suara panik.
"Mejikom emak hilang, Dul."
"Emang kurang asem tuh maling." Sahut Rony, mulai mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Orang mah kalo mau maling mejikom jangan ama nasi nya. Apanan itu kan buat kita sahur, ya bang?" Salma sudah terduduk lemas di kursi meja makan. Rony hanya mengangguk sambil memberikan usapan di pundak sang istri.
"Iya, sisain barang sepiring mah, ya mak?"
"Ck, lo pikiran nya makan mulu tong. Emak lo lagi sedih nih gara-gara mejikom nya di colong orang."
***
Sementara itu..
Tok! Tok! Tok!
Salma yang masih kebingungan atas raib nya mejikom beserta nasi miliknya, kembali harus menemui tamu tidak tahu diri. Jam baru menunjukan pukul setengah empat pagi. Kira-kira siapa yang datang berkunjung?
"Siapa lagi yang namu di rumah orang pagi-pagi buta kaya gini?" Tanya Salma menahan kesal.
"Sabar, Sal. Samperin dulu dah yok."
Akhirnya, Salma dan Rony pun menghampiri sumber suara yang berasal dari depan pintu rumahnya. Adul hanya membuntuti langkah orangtuanya dari belakang.
Ceklek!
Terlihatlah di sana, Nabila tengah mendekap bakul berisi nasi, sementara Putri masih terlelap dalam gendongan Paul.
"Mpok. Semur daging gue ilang, gue numpang makan ya di rumah lo."
"Hah?" Tanya Salma dengan mata yang hampir terlepas dari rongga nya.
"Jadi lo kemalingan juga, Ul?" Kini giliran Rony yang bertanya.
"Sisa nasi doang, bang." Jawab Paul.
"Masuk dulu, dah."
Salma dan Rony pun menyambut kedatangan Nabila dan Paul dengan raut wajah penasaran. Siapakah dalang di balik hilangnya mejikom dan semur daging milik kedua saudara tiri itu?
____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Senggol X PANAROMA
FanfictionWARNING!! KHUSUS CERITA INI, DILARANG MENG-COPAST!