Beberapa jam sebelum menunjukkan pukul satu siang, Salma telah selesai dengan pekerjaan rumah tangga nya. Tinggal menunggu kedatangan Rony dan Adul ke rumah. Namun tidak biasanya mereka telat. Salma menyandarkan punggungnya pada kursi kayu di ruang tamunya, pikirannya gelisah, ia merasakan kesedihan yang entah itu apa. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Ngapa perasaan gue nggak enak banget, dah." Gumam Salma, lalu berdiri dari duduknya.
"Gue mau ngambil apaan, ya?" Tanya Salma kebingungan, ia sendiri bingung ini mengambil apa. Ia hanya sibuk berjalan mondar-mandir.
Suara dering ponsel terdengar dari atas nakas tempat tidurnya, menembus ruang tamu yang hanya terhalang dinding. Salma berjalan lalu meraih layar tipis miliknya.
Nomor yang tidak di kenal masuk ke dalam daftar panggilan tak terjawab di aplikasi WhatsApp. Ia terlambat mengangkat, tidak lama kemudian kembali terdengar dering telpon disana, Salma mengusap tombol hijau di ponselnya."Halo?" Sapa Salma, ia memejamkan sebelah matanya, suara bising terdengar dari seberang panggilan suara antara dirinya dengan nomor tanpa nama ini.
"Halo? Bu? Bisa dengar suara saya?" Tanya seorang wanita dengan suara panik dari seberang telpon ini.
"Iya, bu? Ini siapa, ya?" Salma turut merasakan kepanikan saat ini, di tambah indera pendengaran nya menangkap suara sirine ambulans.
"Bu, Salma? Saya -Bu Irma- wali kelasnya Adul dan Nabila. Bu? Bisa ke rumah Sakit Kasih Bunda, sekarang?! Adul mengalami kecelakaan."
"APA??!!" Tubuh Salma melemas, tangannya bergetar, pikirannya kacau ketika Wali kelas anaknya memberitahu bahwa Adul mengalami kecelakaan.
"Bu, Salma. Tolong sampaikan ke Ibu Nabila agar segera ke rumah sakit yang sama ya, bu." Titah Ibu Irma.
"Iya-iya, bu. Saya langsung ke sana sekarang."
Dengan tangan bergetar, Salma mencari kontak Rony di layar tipis miliknya, lalu menekan tombol hijau disana, cukup lama berdering.
"Halo, Ron?" Tanya Salma setelah sambungan suara dengan suaminya terhubung.
"Halo, Sal. Abang lagi di jalan mau ke rumah sakit. Lo nyusul ama si Nabila bisa, kan?" Kata Rony dengan suara yang juga sama panik nya dengan Salma.
"Adul kenapa, Ron?" Tanya Salma dengan suara panik.
"Udah, lo kasih tau si Nabila dulu."
"Iya-iya, gue tutup dulu telponnya."
Salma memutus sambungan telponnya dengan Rony, lalu segera bergegas menuju rumah Nabila.
TOK! TOK! TOK!
Salma mengetuk pintu rumah Nabila.
TOK! TOK! TOK!
"NABILAAA!! NAAB!!"
Sementara itu, Nabila yang tengah sibuk mencuci ulang pakaiannya kembali di kejutkan dengan suara teriakan dari seseorang yang dikenalinya.
"Hm, kebetulan banget orangnya nongol, gue babat sekalian tuh si, Midun!" Nabila bergegas menuju pintu depan rumahnya untuk menemui Salma.
"NABILAAA!! NAABBB! BUKAA!" Salma terus berteriak panik sembari terus mengetuk pintu rumah Nabila.
Ceklek!
"Nah! Kebetulan banget lo nongol di mari! Maksud lo apa ngerubuhin---"
"Ssshhuutt!! Congor lo di simpen dulu!" Kata Salma menyela ucapan Nabila sambil meletakan jarinya di bibir Nabila.
"APA-APAAN SI LO, MIDUN! BAU TERASIII!!" Nabila dengan sigap mengelap bibirnya.
"LO KAGAK USAH NGURUSIN JEMURAN DULU! ANAK LO AMA ANAK GUE KECELAKAAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Senggol X PANAROMA
FanficWARNING!! KHUSUS CERITA INI, DILARANG MENG-COPAST!