"Gue sekarang tinggal disini, sama kakak gue." Jawab Ridwan.
"Kakak?" Tanya Salma, ia mengernyitkan dahinya seakan tengah berpikir keras.
"Gue punya kakak disini, nama nya Kak Mila. Tapi gue nggak tinggal bareng dia, sih. Gue ngontrak dekat-dekat sini."
"Mpok Mila? Hah? Istrinya Bang Jafar?"
"Iya, lo kenal?" Tanya Ridwan.
"Ya ilah, ya kali bini jawara kaga ada yang tau."
Ridwan hanya tertawa melihat ucapan Salma yang tidak pernah berubah dari dulu, Salma yang selalu ceplas-ceplos dalam berucap.
"Lo sendiri, tinggal disini?" Ridwan kembali bertanya.
"Ya gue emang asli sini. Ditambah gue dapet laki orang sini."
"Ooh, lo udah nikah?" Tanya Ridwan, lagi.
"Udah, gue udah nikah. Lo sendiri?"
"Belom nih, belom ada yang mau ama gue. Kali lo punya sodara yang masih kosong." Kata Ridwan sambil menaik-turunkan alisnya.
"Gue ada sepupu perempuan, nganggur dia, caem deh anaknya, ntar gue kenalin kalo dia main kesini. Eh, gue duluan ya, takut penuh ama emak-emak. Bisa gagal masak gue."
"Ya udah, gue juga mau balik dulu kalo gitu."
Salma dan Ridwan pun akhirnya berjalan berlawanan arah.
***
Melihat tidak ada Nabila di warung Mpok Lela, membuat Salma menghembuskan nafas lega, setidaknya tidak ada yang menggosipinya pagi ini.
"Mpok, gue mau ikan bawal nya setengah, sayur sop, sama kerupuk yg goceng satu."
"Tumben beli ikan, Mpok Sal?" Tanya Mpok Lela sembari mengambil pesanan sayur yang telah di sebutkan oleh Salma.
"Alhamdulillah, lagi ada rezeki, mpok."
Setelah mengambil semua pesanannya, Mpok Lela pun segera menghitung total belanjaan sayur Salma.
"Nih, Mpok Sal. Ikan setengah 18 sop-sopan 7, kerupuk 5, jadi 30ribu pas."
"Nih, makasih ya Mpok Lela." Salma pun menyerahkan uang sejumlah yang telah disebutkan oleh Mpok Lela. Lalu kembali ke rumahnya sembari membawa belajaan yang telah di masukan ke dalam kantung kresek berwarna merah tersebut.
***
Sepertinya, kegiatan memasak selanjutnya akan menjadi kegiatan yang memudahkan Salma. Bukan tanpa sebab, Salma yang mahir berkebun menjadi alasan utamanya. Bibit cabai yang ia semai beberapa hari lalu mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ia tidak perlu lagi membeli cabai dengan harga selangit, sayur-sayuran seperti sawi hijau, bayam dan kangkung pun sudah beberapa kali ia panen. Setidaknya, ia bisa lebih me-manage uang yang diberikan Rony secara lebih optimal lagi.
Setelah selesai memasak, ia meraih ponsel yang telah berdebu itu dari atas nakas samping tempat tidurnya. Dia memang sudah terlalu lama tidak menyentuh layar tipis keluaran awal tersebut. Dia hanya akan menggunakan ponsel tersebut untuk menelpon atau mengirim pesan WhatsApp pada Rony.
Entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pada hatinya. Dia segera mengetikan beberapa huruf dalam sebuah aplikasi di ruang obrolan dia dengan suaminya.
"Bang?"
Sent!
"Dih, alay amat si gue. Ngapa juga gue ngirim WhatsApp ke si Rony pake grogi segala." Gumam Salma.
Tidak butuh waktu lama, sebuah notifikasi pesan WhatsApp pun masuk ke layar ponsel miliknya.
From : Abang ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Senggol X PANAROMA
FanficWARNING!! KHUSUS CERITA INI, DILARANG MENG-COPAST!