Bab 13

1.3K 96 17
                                    

"Sal, gue mau ngomong sama lo." Rony telah kembali setelah merampungkan sholat isya berjamaah di mushola kampung Senggol. Namun ada yang sedikit berbeda, jika biasanya Rony terlihat welcome dengan Ridwan, tapi kali ini, beberapa pertanyaan yang terlontar dari mulut Ridwan yang ditujukan padanya tidak satupun di jawab oleh Rony. Membuat Ridwan bingung sendiri dengan sikap dingin Rony padanya. Padahal kemarin masih baik-baik saja.

"Mau ngomong apa?" Tanya Salma.

"Hm, lo tau? Kalo ibu-ibu di sini lagi pada ngomongin, lo?" Rony berbalik bertanya pada Salma.

"Hah? Ngomongin gue?" Jelas Salma kaget, karena menurutnya, dia sama sekali tidak melakukan kesalahan yang membuatnya lagi-lagi harus menjadi bahan gosip para tetangganya.

Rony hanya mengangguk.

"Ngomongin apaan? Emang nya gue bikin kesalahan apa sampe-sampe gue di omongin ama ibu-ibu di sini?"

"Seharian ini lo ketemu sama siapa aja?" Tanya Rony dengan nada bicara yang tidak bisa di tebak oleh Salma.

Salma mengernyitkan dahinya, "gue cuma ketemu sama Nabila, Rama, Mpok Lela, lo sama si Adul seharian ini."

Rony mulai panik, dia menggelengkan kepalanya, tak percaya Salma menutupi sesuatu darinya.

"Gak ada yang lain?" Tanya Rony meyakinkan Salma.

"Gak ada. Kenapa sih?" Tanya Salma.

"Lo bohong sama gue, Sal."

"Loh? Gue gak pernah bohong sama lo, Ron."

"Sekarang gue tanya sekali lagi, seharian ini lo ketemu sama siapa aja?" Rony masih bertanya dengan suara tenang tanpa emosi.

"Apaan sih, Ron? Gue cuma ketemu sama lima orang doang hari ini. Lo juga kenapa, sih? Tumben-tumbenan banget nanya-nanya gue yang gak jelas kaya gini." Salma mulai tersulut emosi ketika melihat Rony yang seakan meragukan kejujuran nya.

"Okey, sekarang siapa Rama?"

"Rama temen gue, gue beberapa kali ketemu sama dia, itu pun secara gak sengaja."

"Yakin, Rama?"

Salma hanya menatap tak percaya ke wajah Rony sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa sih, Ron? Ada apa?"

"Lo bisa kan, tinggal jawab aja pertanyaan gue!"

"Enggak, sekarang buat apa gue jawab jujur kalo lo sendiri gak percaya sama gue? Gagal paham gue sama lo, Ron."

"Sal, jawab dulu pertanyaan gue. Dia Rama atau Ridwan?" Tanya Rony menahan tangan Salma.

Beruntung, Adul sudah tertidur, setidaknya anak itu tidak tahu permasalahan yang tengah terjadi pada orangtuanya.

"Ridwan siapa lagi, dah? Lo bisa gak sih, Ron, langsung to the point aja? Gak usah bertele-tele kaya gini!"

"Okey, ibu-ibu disini lagi pada ngomongin lo. Lo tau karena apa? Karena mereka denger dari Nabila, kalo lo lagi ngobrol sama laki-laki sambil ketawa-ketawa di pinggir jalan. Sekarang gue cuma mau mastiin kebenarannya lewat lo, Sal. Itu aja."

"Lo kenapa lebih percaya orang lain dari pada gue, istri lo sendiri? Tadi pagi gue emang sempet ngobrol sama cowok, dia Rama, temen gue. Dan kita ketemuannya pun gak sengaja, dia adik nya Mpok Mila, istrinya Bang Jafar." Salma menjelaskan sejelas-jelasnya.

"Dia Ridwan, Sal. Bukan Rama."

"Ya bodo amat lah, orang gue tau namanya Rama bukan Ridwan." Sungut Salma, dia sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memunggungi Rony di belakangnya.

"Gue kaya gini karena gue gak mau kehilangan, lo. Gue gak mau ada laki-laki lain yang bisa bahagiain lo daripada gue. Gue cemburu, Sal. Gue gak suka lo ngobrol gak jelas sama lelaki lain selain gue."

Salma menoleh ke arah Rony, membernarkan posisi duduknya.

"Kalo gue ada niatan buat ninggalin lo. Gak sekarang, Ron. Tapi udah dari dulu! Lo harus nya bisa gunain logika lo! Buat apa gue bertahan sejauh ini? Buat apa gue bertahan sama semua kondisi lo yang masih segini-segini aja? Buat apa? Semua cuma buat lo sama anak gue! Gue rela serahin diri gue sepenuhnya buat lo! Bahkan gue rela mengabdikan diri gue buat lo! Apa semua itu kurang buat ngeyakinin lo? Apa semua itu gak cukup buat lo percaya sama gue?" Salma merasakan pedih pada matanya. Dia memberanikan diri menatap tajam seorang lelaki yang hanya dengan ucapannya mampu membuatnya merasa sakit.

Rony tidak menjawab apapun yang di ucapkan Salma, namun juga tidak mengalihkan pandangannya dari istrinya.

"Gue minta maaf, Sal. Gue cuma gak mau kehilangan, lo."

Nafas Salma terasa tercekat, dadanya sesak. Terlebih Rony tidak memercayai nya.

"Tapi gak gini cara nya, Ron. Lo gak percaya sama gue." Dan kumpulan air yang telah memenuhi kelopak mata Salma pun akhirnya jatuh.

"Gue percaya sama lo, Sal. Maaf kalo tadi gue sempet gak percaya sama lo. Gue emang salah, gue minta maaf. Lo jangan nangis, ya." Rony pun menyeka air mata Salma dengan tangannya.

"Tadinya gue mau ngasih lo sesuatu, tapi gue malah ngerusak semua nya. Lo juga udah nangis kaya gini. Pasti, acara kita gagal lagi." Mendengar kalimat yang di ucapkan suaminya, Salma segera menghapus jejak air mata di pipinya.

"Lo tau, kan? Gue jarang dandan kaya gini? Bedak gue pasti udah luntur. Untung aja maskara gue anti air. Seenggak nya muka gue gak nyeremin banget gara-gara gue nangis tadi."

Rony hanya tersenyum melihat istrinya sudah kembali seperti Salma yang ceplas-ceplos.

"Lo masih mau HB sama gue, gak?" Tanya Rony apa adanya.

"Emang sejak kapan gue berani nolak?" Kata Salma yang membuat Rony tertawa pelan.

"Ck, nyesel deh gue nangisin lo kaya gini. Malah udah cakep banget lagi. Eh, tapi BTW, ini kok, lingerie lo masih bagus, ya?" Tanya Rony.

"Bagus lah, gue kan keseringannya pake daster."

Rony pun memeluk tubuh Salma dari belakang, menjamah tubuh nya yang terbalut lingerie tipis berwarna merah, membuat lekuk tubuh istrinya begitu terlihat. Beralih pada aktivitas Rony selanjutnya, yaitu melumat bibir tipis itu berulang kali. Rony terus menikmati sambil meraba setiap inci dari tubuh istrinya.

"Aah!" Satu erangan kenikmatan lolos begitu saja dari mulut keduanya.

Lelaki itu mengatur ritme kecepatan sex-nya, tidak terlalu cepat, namun mengalirkan rasa nikmat yang luar biasa dirasakan keduanya. Mata yang terpejam, tangan yang meremas bantal seakan menambah gairah seksual bagi Rony. Hingga akhirnya, dia telah berada di puncak kenikmatan mereka berdua.
______________________

Buat part ini, dosa di tanggung masing-masing, terimakasih.

Kampung Senggol X PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang