"Ayam ama ikan nya kita bagi dua, sayur nya lo beli dewek ya, Mpok."
"Widih, bae bener lo." Salma menepuk-nepuk pelan pundak Nabila.
"Gue pan Adek lo. Tapi ikan ama ayam nya lo bayar setengah ya."
"Dih, najis! Sama bae kalo gitu mah!"
Nah gue punya, ide! Salma kembali datang dengan ide cemerlang nya. Ia tidak akan membiarkan uang nya keluar begitu saja secara cuma-cuma. Langkah nya mulai mendekat ke arah Novia yang berada di bagian dalam warung Mpok Lela.
"Heh, mau kemana lo, Mpok?" Tanya Nabila melihat Salma beranjak dari samping nya.
"Gue ada bisnis."
"Bisnis apaan?"
"Bisnis kutil." Celetuk Salma yang membuat Nabila semakin kebingungan.
"Kutil lo mau jual, Mpok? Kaki gue ada kutil nya satu. Kira-kira laku berapa ya?"
Mendengar kalimat yang di ucapkan Nabila membuat Salma menggelengkan kepalanya tak percaya. Bagaimana bisa Nabila sepolos itu, bahkan ia tidak mengerti bahwa yang dimaksud 'bisnis kutil' oleh Salma bukanlah seperti yang dimaksudkan oleh Nabila.
Tanpa memperdulikan ucapan Nabila, Salma segera pergi mendekat ke arah Novia. Bahkan benar apa yang dikatakan Mpok Lela, tetangga barunya itu masih saja berkomat-kamit dengan bahasa yang sama sekali tidak di mengerti oleh Salma.
"Heh." Interupsi Salma, membuat Novia tersentak kaget karena kedatangan Salma yang tiba-tiba. Wanita berdarah sunda itu menoleh dengan tatapan takut.
"E-eh, teteh. Kita ketemu lagi." Ucap Novia mengawali obrolan mematikannya dengan Salma.
"Hm, banyak bener belanjaan lo." Kata Salma, matanya mulai mendelik ke arah kresek besar berwarna merah. Salma mulai menarik nafas sebelum ia menceritakan perihal anaknya, "Lo tau kagak kalo anak lo itu bangor." Ucap Salma.
"Bangor teh, naon? Merk kecap?" Tanya Novia.
"Buset, dah. Lo kagak ngerti bangor?"
Novia hanya menggeleng.
"ANAK LO UDAH NYEBURIN SENDAL ANAK GUE KE COMBERAN!" Pekik Salma, membuat seluruh pasang mata ibu-ibu yang tengah berbelanja di warung Mpok Lela teralihkan pada sosok Salma dan Novia. Sementara itu, Novia sangat bersemangat menutup kedua daun telinganya.
"Teteh ulah fitnah atuh, da. Masa cuma gara-gara tadi pagi saya ngatain teteh siga jurig, teteh fitnah anak saya si Elisabeth."
Melihat keributan yang terjadi antara Kakak tirinya dengan tetangga barunya itu, membuat Nabila turut campur dalam pertikaian tersebut.
"Eh! Anak lo emang bener nyeburin sendal ponakan gue ke comberan depan rumah gue! Makannya lo kalo punya anak jangan bangor-bangor!" Sungut Nabila.
"Sekarang lo mau di selesaikan secara baik-baik atau buruk-buruk." Ucapan Salma kali ini benar-benar mengintimidasi Novia. Namun, jika benar Elisabeth berbuat nakal, berarti ia tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan kedua saudara tiri itu.
"Teteh minta ganti berapa?"
"Dua ratus rebu." Ucap Nabila mendahului saudara tirinya. Salma menggeleng cepat, "kagak! Itu mah kebanyakan, Nabila!" Sungut Salma.
Novia membulatkan matanya mendengar ucapan Nabila.
"Ai teteh ini mah mata duitan!" Kata Novia menujuk Nabila, sedangkan Nabila hanya memasang ekspresi kecut.
"Gue cuma mau lo bayarin belanjaan gue hari ini." Kata Salma pada Novia.
"Ooh, ya hayu atuh, teu nanaon." Akhirnya, Novia menyetujui permintaan Salma. Ibu dari anak bernama Adul itu beralih berjalan menuju Mpok Lela.
"Mpok Lela, gue mau ayam setengah, ikan jaer setengah, sayur asem, sayur sop, cabe mah gue ada, terus hmm, bawang--" Salma terus menyebutkan belanjaan nya pada Mpok Lela.
"Bujug dah, gue rasa mah belanjaan dia lebih dari dua ratus rebu." Celetuk Nabila yang berdiri persis di sebelah Novia. Sementara Novia hanya mengelus dada. Ternyata keputusan nya karena telah menyetujui permintaan Salma salah.
"..Terus mie instan rebus lima, goreng lima, telor seperempat, udah itu aja."
Setelah menyebutkan belanjaan nya, Mpok Lela dengan sigap mengambil apa yang telah di sebutkan oleh Salma.
"Banyak bener Mpok belanjaan lo, tumben." Kata Mpok Lela, di sela-sela menyiapkan pesanan Salma.
"Lagi ada rejeki, Mpok. Lo itung dah sekalian." Jawab Salma cengengesan. Mpok Lela pun mengangguk patuh pada perintah pelanggannya. Wanita paruh baya itu mulai menghitung satu persatu belanjaan Salma. Sementara Salma hanya menatap jahil ke arah Novia yang tengah menghitung uang di dompetnya.
"Astaghfirullah, kenapa saya teh punya tetangga tukang porot semua." Gumam Novia sambil mengelus dada.
"Itu ge salah lo dewek punya anak kebangetan bangor." Sahut Nabila yang mendengar ucapan Novia.
"Totalnya jadi seratus tiga puluh ribu lebih gope." Mpok Lela menyerahkan kantung plastik besar berwarna merah berisi belanjaan ke arah Salma, tidak lupa satu kantung plastik kecil berwarna hitam berisi empat butir telur ke arahnya.
"Oke, duit nya minta ke dia ya, Mpok." Salma menunjuk ke arah Novia. Lalu, pergi meninggalkan tetangganya begitu saja.
"Nab, gue cabut duluan. Daah." Nabila hanya menggelengkan kepalanya melihat kelicikan Salma.
______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Senggol X PANAROMA
FanficWARNING!! KHUSUS CERITA INI, DILARANG MENG-COPAST!