"Widih, banyak amat belanjaan lo?" Rony yang sudah berpakaian rapi menyambut Salma dengan pertanyaan.
"Rezeki, bang. Si Adul ama si Putri kemanain?" Salma beralih bertanya mengenai anak semata wayangnya.
"Lagi maen ama anaknya si gondes."
"HAHH?? ANAKNYA SI GONDES?" Jelas Salma terkejut mendengar pernyataan Rony. Sedangkan Rony hanya menanggapi dengan santai keterkejutan istrinya.
"Lah kok bisa, bang? Bukannya tadi pagi itu bocah abis berantem?"
"Kayak kagak tau anak kecil aje lo. Anak kecil mah pagi berantem, siang baikan. Beda ama orangtuanya. Pagi berantem, baikan nya ntar lebaran idul fitri." Belum ada lima detik, Rony kembali bertanya pada istrinya yang sudah meraih posisi duduk di kursi kayu ruang tamu rumahnya.
"Perasaan gue belom ngasih lo duit belanja hari ini. Tapi lo bawa belanjaan ampe sekantong gede. Lo ngutang?"
"Kagak, bang. Gue tadi abis minta ganti rugi ama bini nya si gondes gara-gara anaknya udah nyeburin sendal nya si Adul ke comberan." Jawab Salma apa adanya.
"Lo minta ganti rugi berapa duit?"
"Gue gak minta ganti rugi pake duit, gue cuma minta dia bayarin belanjaan gue doang."
"Pinteran amat, lo. Buruan masak dah, abang udah laper banget ini."
"Iya." Salma pun mengangguk patuh atas perintah suaminya. Ia berjalan menuju dapur untuk segera mengolah ikan serta sayur asem yang telah ia dapatkan secara gratis. Sedangkan mie instan serta bahan pokok kering ia simpan di dalam laci, sementara ayam dan sayur yang lainnya ia simpan dalam lemari pendingin.
"Putrii?" Tidak lama setelah Salma berada di dapur, suara Nabila terdengar memanggil-manggil nama anaknya.
"Anak lo lagi main." Rony yang tengah duduk santai pun menjawab pertanyaan Nabila.
"Main kemana? Si Adul kagak ngajakin si Putri nyolong mangga nya Haji Toing lagi kan, Bang?"
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan Nabila, Rony tersentak kaget. Ternyata sikap menyebalkan saudara tiri istrinya itu belum hilang sepenuhnya.
"Sekate-kate lo. Mana pernah anak gue ngajakin si Putri nyolong mangga nya Haji Toing. Noh, mereka lagi main ama anak nya si gondes."
"BUSET, DAH! Bukannya lagi pagi itu bocah bedua beranteman, ya?"
"Kayak kagak tau anak kecil aje lo. Anak kecil mah pagi berantem, siang baikan. Beda ama orangtuanya. Pagi berantem, baikan nya ntar lebaran idul fitri." Demi menegakkan keadilan, Rony pun memberikan jawaban yang sama seperti yang beberapa saat lalu ia berikan pada istrinya. Sementara Nabila hanya cengengesan mendengar jawaban dari suami kakak tirinya tersebut.
"Kalo gitu, gue balik dulu dah bang."
"Iya gih, dah."
Nabila pun meninggalkan rumah Rony setelah berpamitan padanya.
***
Sementara itu..
"ASTAGHFIRULLAH, GUSTIIII!" Novia sudah berteriak frustasi melihat ruang tamunya yang sudah mirip seperti kapal pecah. Wanita berdarah sunda yang baru saja membuka pintu rumah nya langsung di sambut oleh pemandangan yang sangat menyiksa matanya. Tiga buah toples berisi cemilan yang ia sediakan di ruang tamu habis tak tersisa, pelakunya tidak lain adalah anak laki-laki bertubuh subur yang sudah persis seperti robot. Sementara kulit kacang bertebaran di sembarang tempat, Elisabeth bersama teman barunya yang tidak lain adalah Putri tengah asyik berbincang sambil menikmati satu bungkus kacang kulit cap burung.
Kedua anak perempuan itu lantas menoleh ke arah Novia, kecuali Adul, dia masih cosplay jadi robot.
"Bunda teh kunaon?" Tanya Elisabeth tanpa rasa bersalah. Padahal wajah Novia sudah seperti singa yang siap menerkam mangsanya.
"Elisabeth, anak bunda nu geulis sorangan, kadieu heula." Titah Novia pada anaknya. Elisabeth lantas mendekat ke arah ibunya.
"Kenapa, Bun?"
"Ini rumah teh kenapa bisa kayak kapal pecah gini? Tadi pagi katanya kamu masukin sendal anaknya si jurig ke selokan, bener kitu?" Tanya Novia langsung ke intinya.
"Anaknya jurig teh saha, bun?"
"Eta." Kata Novia, ia memberikan kode dengan mengerucutkan bibirnya ke arah Adul.
"Ooh, itu mah teman baru nya Elisabeth atuh bun, bukan anaknya jurig. Namanya teh Adul. Tadi pagi Elisabeth emang masukin sendalnya Adul ke selokan, tapi udah di ambil kok, bun, sama Baba nya Adul."
"Bukan gitu sayang maksud Bunda teh, gara-gara kamu nakal, Bunda jadi kehilangan uang seratus tiga puluh ribu."
"Uang bunda teh jatuh?"
"Ho'oh, jatuh ke tangan mama nya si Bedul." Sepertinya, Novia masih menyimpan dendam pada Salma.
"Adul, bunda. Bukan Bedul."
"Ah, udah lah. Bunda teh pusing. Pokona mah bunda nggak mau tau, kamu teh harus bersihin semua kulit kacang itu." Kata Novia, memerintahkan anaknya.
"Iya bunda, nanti Elisabeth bersihin."
"Sekarang, Ayah mana?" Novia beralih bertanya mengenai keberadaan Neil pada anaknya.
"Di belakang bun, lagi mandiin burung."
Setelah di buat geleng-geleng kepala dengan sikap anaknya, kini giliran Novia di buat geleng-geleng kepala dengan sikap suaminya.
"Bunda ke belakang dulu." Novia pun meninggalkan Elisabeth, Adul dan Putri di ruang tamu rumahnya.
"A'aaa!" Pekik Novia, mencari-cari keberadaan Neil di halaman belakang rumahnya. Rupanya benar yang di katakan Elisabeth. Neil bukan hanya memandikan burungnya, tapi lelaki berambut gondrong itu juga tengah asyik memainkan burungnya.
"Iya, neng." Jawab Neil sambil mengelus-elus burung piyik seharga motor tersebut.
"Astaghfirullah, A'aa! Kenapa sih, kamu teh setiap hari sibuk mainin burung terus! Lama-lama Neng potong juga ya burung Aa!"
Neil terkesiap. Ia menoleh ke arah istrinya dengan tatapan ngeri.
"Jangan atuh, Neng. Da nanti burung Aa habis."
Kini giliran Novia yang menatap geli suaminya.
"Burung Aa yang ada di dalam sangkar! Bukan burung yang itu!" Kata Novia, buru-buru menghilangkan pikiran kotor suaminya.
"Masa kamu teh tega motong si Viona."
Novia semakin di buat pusing dengan tingkah suaminya.
"A'a teh bener-bener, ya! Sok weh urus sana burung kamu! Sekalian nanti malem tidur sama si Viona! Jangan sama aku!" Ancam Novia, ia berbalik arah meninggalkan Neil bersama burungnya di halaman belakang.
"Aa kan ntar malem kebagian tugas ronda, neng." Kata Neil meneriaki istrinya yang telah berlalu ke arah dapur.
___________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampung Senggol X PANAROMA
FanfictionWARNING!! KHUSUS CERITA INI, DILARANG MENG-COPAST!