Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
Tarendra membuka mata dibarengi desah kasar, merasa muak telah memaksa matanya tertidur saat kantuk tak kunjung datang. Sejak tadi ia mencoba terpejam, memutar tubuh ke sana kemari namun tak berhasil untuk menjemput alam mimpinya.
"Pak, justru kalau dia sendiri yang bahaya. Kalo kebangun terus nggak nemu siapa-siapa dia pasti takut. Soalnya selama dirumah sakit selalu ada Rival yang nemenin."
Ucapan Ellie tadi sore terus terngiang dikepala Tarendra, mengusiknya hingga tak bisa memikirkan hal lain.
Lalu setelah berpikir cukup lama, ia memilih bangun meninggalkan tempat tidur dan beranjak keluar. Mungkin berjalan-jalan sebentar bisa mengalihkan perhatiannya.
Langkah Tarendra ringan menuruni anak tangga, menimbulkan gema ditengah kehampaan yang memenuhi tempat itu. Karena tenggorokannya yang terasa kering, ia memutuskan untuk menuju dapur mengambil minum.
Tetapi saat pijakannya sampai pada anak tangga terakhir yang menghubungkannya ke ruang tengah, ia bisa melihat TV menyala dengan volume suara sangat kecil yang samar terdengar. Langsung saja Tarendra mendekat lantaran menduga itu ulah Rival yang punya kebiasaan menonton tengah malam.
Namun yang ia dapati bukanlah Rival melainkan Jesher yang ia pikir masih terlelap di dalam kamarnya.
Sejenak Tarendra diam, berusaha menekan kekesalan yang timbul dalam dadanya saat mengetahui anak itu lebih kembali terjaga sendirian disini bukannya tetap dikamar yang jelas-jelas lebih aman.
Merasa tak ada yang perlu dibahas membuat Tarendra memilih menjauh, melanjutkan langkahnya menuju dapur seperti rencana awal.
Lelaki itu lantas mendudukkan diri disalah satu kursi makan, langsung meneguk rakus segelas air sebelum menyadari keberadaan Jesher yang berdiri dibelakangnya.
"Tadi ada orang di luar. Aku cari tapi nggak ketemu." Seruan Jesher detik itu bersahutan dengan bunyi gelas yang Ayahnya letakkan cukup keras.
Lalu Tarendra mengernyit dalam, teringat akan sesuatu. Tanpa berbalik ia melayangkan pertanyaan kepada Jesher. "Kamu bisa jelasin ciri-cirinya?"
"Tinggi, rambutnya gondrong." Hanya itu yang Jesher tahu sebab ia hanya senpat melihat siluetnya sekilas melewati jendela dapur saat ia mengambil minum tadi.
Namun saat ia mencoba mengejar, ia tak menemukan jejak apapun dan sosok itu hilang begitu saja. Makanya ia tak kembali ke kamar dan memilih berjaga diruang tengah kalau-kalau sosok misterius itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...