Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
*****
Tarendra ngambek.
Itu kesimpulan yang Jesher dapatkan setelah berkali-kali mencoba untuk membuka obrolan dengan sang Ayah. Ia tahu Tarendra memang selalu bersikap dingin, tapi setelah kejadian menghebohkan kemarin lelaki itu benar-benar mengabaikannya.
Jangankan untuk sekedar menyahuti ucapannya, melirik saja tidak. Dan semua diawali setelah Jesher menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Tarendra, mulai dari bagaimana ia bisa mengejar Renata sampai dibawa pulang oleh Tama.
Sampai sekarang Jesher tidak tahu, dimana letak kesalahan kata yang ia keluarkan hingga membuat Ayahnya semarah ini.
"Ayah mau cob-" ucapan Jesher terpotong saat Tarendra tiba-tiba bangkit dari duduknya, tanpa menyentuh satupun menu sarapan yang sudah susah payah Jesher siapkan sendirian.
Padahal kondisinya setelah kecelakaan itu belum sepenuhnya pulih namun demi menebus kesalahan kemarin, ia rela bangun lebih pagi dan mengambil alih tugas Ellie dengan harapan bisa sedikit meluluhkan hati Tarendra. Tapi kini lagi-lagi kecewa yang didapatinya, punggung kokoh itu semakin menjauh sementara ia masih duduk di sana dengan hati yang hancur.
Piring yang berisi sandwich kembali diletakkan di atas meja. Jesher benar-benar menyesal telah menyepelekan insiden kemarin, jika tahu begini ia tidak akan mengikuti rencana Tama dan langsung bergegas pulang.
"Udah, Jesh. Nanti juga marahnya reda sendiri," sahut Ellie yang turut merasa kecewa.
Ellie pun sebenarnya tak menyangka mengapa Tarendra bersikap demikian, padahal jelas sekali bahwa kemarin lelaki itu khawatir setengah mati, tapi kenapa saat Jesher sudah kembali ke rumah dia malah tidak memedulikannya seperti ini?
Ingin sekali rasanya Ellie membelah kepala bosnya, melihat isi otak lelaki itu agar tahu apa yang dipikirkan sampai bisa setega ini.
"Emang aku yang keterlaluan sih, Kak. Wajar kalo Ayah marah." Jesher melahap nasi gorengnya dengan perasaan berkecamuk. Walau hatinya risau, ia tetap harus mengisi perut yang kelaparan bukan?
Sedih juga butuh tenaga.
"Kamu nggak salah kok, kalo ada yang perlu disalahin ya dokter Tama. Padahal dia juga tahu pak Rendra sensitif sama yang namanya penculik, maasiiih aja dia ngide kayak gitu," ujar Ellie memberi pembelaan agar remaja dihadapannya tak berkecil hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...