Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
*****
Satya berbaring diatas tempat tidur, menatap fokus pada layar ponsel sembari dua jempolnya bergerak lincah mengetikkan sesuatu.
"Ahmad Muhajidin, kosong."
"Ayu, ada khodam rawa rontek ya."
"Sari, kosong."
"Satya, belut ekor sembilan."
Lelaki itu tersenyum lebar di tengah kegelapan yang menyelimuti kamar. Merasa senang setelah namanya ikut disebut setelah belasan komentar yang ia kirimkan.
Sialnya, suasana menyenangkan itu tidak bertahan lama, kedamaiannya terganggu kala pintu kamar diketuk dengan keras berulang kali.
"Sat! Ini gue! Lo masih di sini 'kan?"
Mendengar suara familiar itu Satya langsung menarik selimut dan berpura-pura tidur seolah Jesher bisa melihatnya dari luar. Ia benar-benar tidak ingin diganggu malam ini, apalagi telinganya masih panas karena omelan Julia beberapa saat lalu melalui sebuah panggilan telepon.
"Sat, gue tau lo di dalam. Gue liat motor lo diparkiran. Bukain...."
Sebenarnya lelaki itu masih enggan mengakhiri sandiwaranya, akan tetapi suara lemah Jesher yang diiringi ringisan pelan malah membuatnya tak tenang. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.
Walau kesal dan terkesan ogah-ogahan akhirnya Satya memilih bangkit untuk membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya ia mendapati Jesher dalam keadaan lusuh penuh luka. Dimatanya tampak seperti pengemis yang baru saja diserempet motor di pinggir jalan.
"Lo kenapa lagi? Diusir Bapak lo?!"
Lebih dulu Jesher menghela. Ia bahkan sudah tidak bisa melihat Satya dengan jelas, pandangannya buram dan sekujur tubuhnya didera sakit luar biasa.
"Iya," jawabnya datar lalu melenggang masuk melewati si empunya kamar. Tidak peduli bagaimana kedua alis lelaki itu menukik tajam melihat tingkah tidak sopannya. "Gue nginep di sini dulu ya."
"Lo beneran diusir?" Satya bertanya heran setelah menutup pintu rapat-rapat.
"Bokap gue udah tahu semuanya. Dia tahu kalo gue yang udah nembak Om Aryan." Langkahnya pelan menuju tempat tidur, berniat merebahkan tubuh yang letih di atas kasur empuk, tapi sahutan Satya lebih dulu menghentikannya.
"Di bawah. Gue mau tidur di atas!" Peringat Satya ketika melihat gerak-gerik Jesher yang sepertinya akan menguasai kasur. Dengan alasan apapun, ia tidak mau membiarkannya. "Terus lo kenapa luka begitu? Lo dipukulin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...