Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
Disebuah apartemen mewah yang menjulang tinggi di jantung kota, gemerlap dari lampu-lampu kota memancar melalui jendela kaca besar, menyelimuti ruangan dengan cahaya lembut. Dikamar tidur utama, dengan dinding berhias lukisan-lukisan cantik, Ramon dan Julia berada di atas tempat tidur berukuran king yang berlapis sprei sutra berwarna semerah darah.Ramon tersenyum, telapak tangannya yang kasar perlahan menyentuh pipi mulus Julia yang kini berada dibawahnya. "Kamu cantik sekali Julia," bisiknya dengan mata memancarkan keinginan yang tak tersamarkan.
Mendengar pujian itu, Julia kemudian tertawa pelan, membalas dengan suara menggoda. "Aku akan melayani kamu dengan baik." Kedua tangan Julia naik mengusap bahu lebar Ramon dengan jemari halusnya.
"Oh ya?" Ramon tersenyum lalu tanpa menuggu lebih lama ia mendekatkan bibirnya ke bibir ranum milik Julia, melumatnya dengan lembut sebagai permulaan.
Hingga perlahan ciuman itu larut semakin intens. Bibir mereka bertemu dengan gairah yang sama, saling menekan dengan hasrat yang tak tertahankan. Kemudian tangan Ramon mulai bergerak liar, menjelajahi lekuk tubuh sang wanita dengan penuh keinginan.
Dengan cepat Julia merespon lelaki itu, mengalungkan tangannya ke leher Ramon dan meremas rambutnya untuk memperdalam ciuman mereka sampai akhirnya satu erangan pelan lolos dari bibir Julia saat Ramon beralih mencium lehernya.
"Ahh..." desah julia, suaranya terdengar penuh kenikmatan, tetapi Ramon justru membalas dengan menggigit lembut kulit leher Julia hingga wanita itu kembali mengerang.
Tubuh mereka saling berdekapan, setiap sentuhan serta ciuman semakin memanaskan suasana. Tanpa Ramon sadari bahwa dibalik lemari besar di sudut ruangan, ada Jesher yang yang bersembunyi seraya menahan napas melihat dua orang dewasa itu beraksi.
Ketika Ramon akhirnya tenggelam dalam gairah dan kenikmatan yang disajikan Julia, ia bangkit dan berniat segera membuka celananya.
"Biar aku aja," ujar Julia ikut bangun dan meraih kedua tangan Ramon. Kedua sudut bibirnya terangkat, mengulas senyum manis yang mampu membuat Ramon tak bisa mengalihkan perhatian darinya.
Lelaki itu tidak tahu saja bahwa Julia hanya sedang mencoba mengulur waktu. Dia masih menggenggam tangan Ramon dan memberikan tatapan menggoda. "Liat aku, Mas."
Disaat yang sama, Jesher dengan gerakan cepat dan senyap menyerang. Pisau dalam genggamannya berkilat dalam cahaya redup saat ia menancapkan benda tajam itu kepunggung Ramon.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Fiksi UmumTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...