Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
Jam hampir menunjukkan pukul sepuluh ketika mobil yang dikendarai oleh Rival meninggalkan halaman rumah Tarendra. Kendaraan itu membelah keramaian jalanan ibu kota, melewati hiruk-pikuk kendaraan dan suara klakson yang bersahutan. Di dalam mobil ada Satya dan Jesher duduk di kursi belakang, mengocehkan hal-hal yang tidak penting sejak perjalanan dimulai.
"Lo mandi nggak sih?" Satya bertanya sesaat setelah melihat Jesher yang duduk disampingnya menguap lebar, padahal hari sudah beranjak siang. Tapi penampilan sahabatnya sungguh jauh dari kesan segar, seperti sayur yang sudah seharian dijual tapi tidak laku-laku, singkatnya layu.
"Enggak," jawab Jesher enteng menyandarkan diri dan menatap pada jalanan yang padat di luar jendela.
Satya mendecih, padahal mereka akan pergi kebeberapa tempat, seharusnya Jesher berpenampilan yang lebih rapih, bukan kaos lengan panjang biasa yang dipadukan training hitam kumal. Tak mau ambil pusing, pandangannya lalu beralih pada Rival yang duduk di belakang kemudi dengan wajah masam, tampak tak ikhlas melakukan pekerjaannya hari ini.
"Kenapa harus dianterin segala sih Jesh?" Satya mendengus, pandangannya terarah pada kaca spion tengah, dimana tatapan mereka bertemu dengan Rival yang balas memandang penuh kesal. "Berdua aja emang nggak bisa?"
"Nggak bisa!" sambar Rival tegas mendahului Jesher. Ia pun sebenarya tidak begitu suka harus keluar bertiga seperti ini, tapi perintah atasannya adalah hal yang mutlak, kemanapun Jesher pergi ia harus menemaninya. "Pak Rendra nggak ngijinin Jesher keluar tanpa gue."
Desah kasar Satya mengambil alih perhatian Jesher. Remaja itu menoleh dengan dahi berkerut. "Emang kenapa sih? Cuma ke tokonya Julia juga," tegur Jesher pada sahabatnya. Mereka hanya akan mampir ke toko Julia yang baru dibuka beberapa hari lalu dan setelah itu baru pergi mencari beberapa barang untuk keperluan Jesher.
Satya lalu merapatkan diri pada sahabatnya, membisikkan sesuatu dengan hati-hati, memastikan Rival yang sedang fokus menyetir tidak mendengarnya. "Gue butuh bantuan lo. Nanti di toko gue jelasin."
Jesher menatapnya sejenak, sedikit ragu namun akhirnya tetap mengangguk. Dengan nada rendah, remaja itu balik membisikkan sesuatu. "Lo mau minta duit?"
Keduanya saling bertatapan, saling membaca satu sama lain seolah sepakat tanpa perlu penjelasan lebih. Jesher pun sepertinya mulai paham apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Jadi saat mobil itu berhenti di area parkir toko kue Julia, ia meminta Rival untuk menunggu di luar saja sementara ia dan Satya masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...