Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
"Jesh!"Suara Rival menggema di koridor, menghentikan langkah Jesher yang baru saja keluar dari ruangan Danu. Remaja itu menatap bingung sembari mengunyah donat yang baru saja dia ambil dari meja atasannya.
"Lo disuruh Pak Rendra buat ambil barang-barang lo di rumah."
Raut wajah Jesher berubah sengit. "Kenapa harus gue? Lo aja yang bawain," balasnya tajam. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya, belum bisa memaafkan Rival atas insiden beberapa hari lalu saat dia dibuat pingsan dengan sekali pukulan.
"Gue nggak bisa, banyak kerjaan. Lagian malam ini Pak Rendra bakal pulang telat, jadi lo bisa datang aja ke rumah," jelas Rival datar. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana menunggu Jesher menghabiskan suapan terakhirnya. "Lo bawa mobil, ambil semua barang-barang lo di sana."
Jesher menggeleng lantaran mulutnya yang penuh. Lalu setelah menelan paksa, dia menjawab. "Gue mau ambil fotonya Erik aja."
Salah satu hal yang dia sesali dalam setahun ini adalah karena tidak sempat mengambil foto tersebut sebelum melangkah pergi dari kediaman Tarendra, padahal itu satu-satunya kenangan yang ia punya. Jadi, jika diberi kesempatan, dia hanya ingin mengambil foto itu untuk disimpan ditempat yang lebih aman.
"Ya udah, entar malam gue ke sana," putus Jesher lalu berbalik, beranjak meninggalkan Rival. Tapi lelaki jangkung itu kembali memanggil namanya.
Alhasil Jesher berbalik dengan decakan keras, merasa dipermainkan. "Apa lagi?"
"Ada cokelat." Rival menunjuk pipi kirinya, memberi tahu anak itu bahwa ada cokelat yang tersisa dipipi sisa makan donat tadi.
Tapi Jesher tidak begitu peduli, dia tampak santai mengelapnya dengan punggung tangan dan kembali melanjutkan langkah.
Rival mendesis pelan. Untuk makan donat begitu saja dia masih belepotan, masih belum becus mengurusi dirinya sendiri tapi Danu malah memberikan tanggung jawab besar untuk misi penangkapan Wira. Terkadang Rival tak mengerti bagaimana cara lelaki itu menilai suatu hal dengan dua bola matanya.
Tapi yang aneh adalah Danu selalu bisa menemukan potensi dari orang-orang yang dia pungut. Termasuk Jesher, anak yang dipikir hanya bisa membuat masalah rupanya juga bisa jadi sangat berguna. Jika bukan dia yang pergi menemui Selina mereka mungkin tak akan bisa mendapatkan informasi sepenting itu dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...