Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
Sudah tiga jam lamanya Jesher hanya berdiam diri di dalam kamar barunya yang telah Ellie siapkan. Tidak ada hal menarik sama sekali, suasananya terlalu sepi dan dingin. Benar-benar jauh dari ekspektasinya selama ini.
Hela napas panjang remaja itu keluarkan sebelum akhirnya bangkit dan melangkah keluar dari ruangan itu. Tujuannya saat ini adalah mengelilingi rumah, mencari sekiranya ada hal menarik yang tersembunyi atau sekedar mencari seseorang untuk diajak bercerita.
Tapi bahkan setelah langkahnya sampai diarea dapur, ia tak menemukan siapapun. Terasa aneh, di rumah sebesar dan semewah ini ia tak bisa menemukan lawan bicara walau sudah cukup lama berkeliling.
"Cari siapa?"
Jesher akhirnya bisa tersenyum setelah menemukan atensi Rival tengah bersantai dihalaman belakang. Dengan sebuah laptop dan segelas susu stroberi?
Entahlah, dimata Jesher itu terlihat seperti susu stroberi karena warnanya yang pink.
"Emang selalu sepi kayak gini?" Jesher mendekat, lalu mendudukan dirinya di sebelah Rival yang langsung menutup laptopnya.
"Iya. Pak Rendra nggak mau banyak orang di sini."
Jesher hanya mengangguk, walau dibenaknya masih ada banyak pertanyaan, namun melihat tatapan Rival yang nampak tak nyaman mengurungkan niatnya.
"Sudah makan?" Tanya Rival akhirnya menatap Jesher.
"Belum. Nggak lapar juga."
Rival tak mengalihkan perhatiannya. Walau obrolan mereka berhenti sampai disitu, pikirannya tetap berjalan, mengingat pertemuan mereka yang sangat berkesan.
"Kamu copet?"
Jesher menatap penuh tanya, keningnya berkerut dalam tak paham mengapa lelaki itu bertanya demikian. Atau mungkin karena tampangnya yang seperti preman?
"Bukan."
"Terus pisau itu buat apa?" Rival ingat betul, bagaimana remaja itu menarik dan membenturkannya ditembok lalu menodongkan pisau yang tidak seharusnya anak tujuh belas tahun itu miliki.
"Buat jaga-jaga aja. Di kota 'kan banyak orang jahat," jawab Jesher sewajarnya. Ia tidak mungkin memberitahu Rival bahwa ia membawa pisau lipat untuk bekerja, yang mana benda tajam itu bahkan sudah menemaninya sejak beberapa tahun lalu dan tak pernah sekalipun ia tinggalkan.
Tak berniat mengulik lebih dalam, Rival menerima jawaban itu walau nalurinya mengatakan bahwa Jesher menyimpan alasan lain.
Karena Rival tak lagi bertanya dan Jesher yang tak punya bahan pembicaraan membuat mereka akhirnya larut dalam keheningan untuk beberapa saat. Hingga dering ponsel milik Rival berbunyi nyaring di atas meja dengan nama Ellie tertera di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...