Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
Ada kegelisahan yang begitu kuat mencengkeram hati Tarendra setelah pertemuan malam ini dengan beberapa koleganya. Disepanjang jalanan malam yang sepi, pikirannya terus melayang pada sesuatu yang menghantui, semacam firasat yang selalu muncul setiap kali Jesher berada dalam bahaya. Namun seperti biasa, Tarendra tak mau terlalu memikirkannya, apalagi beberapa saat lalu dia masih menerima pesan dari Jesher yang memberitahu bahwa akan segera mengganti pin pintunya agar tak sembarang orang bisa masuk.
Ditengah pergolakan batin itu, dari kejauhan, ada cahaya terang dari lampu mobil lain menyinari jalan yang sepi. Arah pandangannya secara refleks tertuju kendaraan yang mendekat, dan wajah dibalik kaca mobil itu terasa cukup familiar dalam benaknya. Pada detik selanjutnya Tarendra tersentak dan langsung mengenali sosok itu, dia adalah salah satu anak buah Wira yang penah lolos dari pengejarannya.
Tanpa pikir panjang Tarendra memutar balik mobilnya dengan cepat. Sebisa mungkin tetap bersikap tenang demi menjaga jarak saat membuntuti mobil itu dengan hati-hati, menunggu sampai mereka memasuki area yang lebih sepi. Saat mendapat kesempatan, Tarendra segera meninjak pedal gas lebih dalam, mempercepat laju mobilnya lalu dengan gerakan mulus dan penuh perhitungan membanting setir, memotong jalur mobil hitam tersebut hingga terpaksa berhenti, menghasilkan bunyi decitan keras ban yang beradu dengan aspal.
Tarendra keluar dari mobilnya, begitu juga dengan dua anak buah Wira yang merasa tak ada jalan keluar lain selain menghadapi pemilik RAS yang kini berdiri dihadapan mereka.
Tanpa perlu banyak bicara, perkelahian pecah begitu saja. Pukulan demi pukulan terus datang menyerang, namun lelaki dengan setelan kantor itu dengan mudah menghindari semuanya, bahkan membalas dengan tendangan dan siku keras ke rusuk lawannya hingga terhuyung ke belakang dengan ringisan pelan.
"Kalau kalian pinter, harusnya berhenti aja sekarang," kata Tarendra sambil menyelinap di bawah serangan mereka lalu menghantam wajah salah satunya dengan tinju keras.
Ferdy yang melihat kawannya mulai terpojok dan semakin lemah terpaksa mengeluarkan pisau dari balik jaketnya. Mereka tidak punya banyak waktu untuk terjebak bersama Tarendra, sebab, Hedy sudah menunggunya tanpa mau menerima alasan apapun.
Dengan beberapa kali serangan yang dilakukan, Ferdy berhasil menggores lengan lelaki itu dengan pisaunya. Membuat Tarendra melangkah mundur memeriksa lukanya yang mengeluarkan darah. Merasa ada celah, keduanya kembali menyerang bersamaan dengan lebih agresif. Namun usaha-usaha itu pada akhirnya tetap gagal lantaran Tarendra masih lebih lihai membaca pergerakan mereka dan melayangkan serangan yang jauh lebih kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...