Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga.
Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan?
Tapi itulah faktanya.
--------------------
#...
Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jesher menganga lebar di depan meja makan, melihat begitu banyak hidangan yang disajikan untuk sarapan pagi ini.
Apakah di rumah orang kaya sarapannya memang selalu semeriah ini?
"Pagi Jesher," sapa Ellie meletakkan segelas jus di atas meja. "Duduk sini."
Remaja itu mendekat mengikuti perintah Ellie untuk bergabung dengan Tarendra yang sudah asik menyesap kopi hitamnya. Wajahnya berubah getir saat Ellie mendekatkan segelas jus tadi kepadanya.
"Kamu biasanya sarapan pake apa? Roti? Nasi goreng? Bubur ayam?"
Jesher bahkan tidak pernah sarapan karena biasanya ia selalu bangun siang. Jika saja tadi Rival tidak membangunkannya, mungkin sekarang ia masih meringkuk di atas kasur.
"Gue nggak biasa sarapan," jawabnya.
Sialnya sebait kalimat itu terdengar tidak nyaman masuk ditelinga Tarendra. "Bicara yang sopan. Ellie itu jauh lebih tua."
Anak itu tergelak ditempatnya, sedikit menyesal karena sudah berbuat salah sepagi ini. Bodohnya ia yang masih belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebab ditempat sebelumnya Jesher bisa memanggil siapa saja dengan bebas. Terkadang mereka bahkan memanggil dengan sebutan hewan dan tidak pernah ada yang menegurnya.
"Maaf, Tante."
"Jangan Tante dong!" Ellie memekik tak suka. Pasalnya dia belum setua itu untuk dipanggil Tante oleh Jesher yang baru berumur 17 tahun. "Panggil Kakak aja."
Jesher melirik Tarendra, jika dipikir-pikir mereka bahkan belum mendiskusikan panggilan apa yang akan Jesher gunakan kepadanya. Dengan Ellie saja mereka sudah memutuskan lalu mengapa Tarendra tak juga membahas perihal ini?
Atau mungkin memang Tarendra tak peduli dan tak menginginkan panggilan khusus diantara mereka.
"Kamu mau makan apa Jesher? Biar Kak Ellie siapin," seru Ellie penuh semangat matanya berbinar hangat membuat Jesher merasa sedikit terhibur, setidaknya ada Ellie yang menerima kehadirannya dengan sukarela.
"Nggak usah, Kak. Minum ini aja." Jesher meraih segelas jus berwarna hijau tadi. Walau dimatanya itu terlihat menjijikkan, tapi Jesher juga penasaran akan rasanya.
"Harus makan Jesher. Sarapan tuh penting, iya 'kan Pak?" Ellie tersenyum kaku menatap Tarendra meminta persetujuan. Pikirnya jika lelaki itu sedikit membujuk Jesher mungkin anak itu akan makan.