Disarankan membaca beberapa bab sebelumnya🤟 biar ga lupa.
Jangan lupa nonton video dari Tulip198 di bawah🤝-----------------------------------------------------
Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
Sebuah bangunan pabrik tua berdiri di tengah lahan luas, terletak cukup jauh dari jalan utama. Pagar besi tinggi yang sudah berkarat, tampak mengelilingi bangunan tersebut. Dinding-dinding pabrik yang retak menyisakan kesan suram, dengan jendela pecah yang memperlihatkan ruangan gelap di dalamnya. Di belakang bangunan, terbentang area yang lebih luas, seolah menjadi ruang kosong yang tak terjamah.
Tarendra berdiri dengan tenang di halaman depan pabrik, memperhatikan setiap sudut dengan cermat. Lalu, setelah merasa aman, ia memberi instruksi kepada pasukannya untuk mulai bergerak sesuai tugas masing-masing.
Satu-persatu pasukan melewatinya, hingga saat tiba giliran Jesher, ia menarik lengannya hingga membuat anak itu menatap heran.
"Ck, apa lagi?" tanya Jesher tak mengerti. Mereka sudah memulai aksi penyergapan, tapi Tarendra masih belum selesai juga dengan segala kekhawatirannya. "Ayah tenang aja, aku nggak bakal mati di tempat jelek kayak gini."
Mendengar itu, Tarendra lantas tersenyum dari balik maskernya. Kemudian ia mengangguk kecil. "Hati-hati."
"Ayah yang hati-hati!" balas Jesher, menepuk bahu Tarendra sebelum menyusul rekan-rekannya yang mulai menyusup masuk mengikuti Rival.
Tim yang di pimpin oleh Rival akan menuju gudang di sisi barat. Sedangkan pasukan yang dibawa oleh Tarendra dan Danu akan melakukan serangan utama melalui pintu depan. Semuanya bergerak dengan hati-hati, menyusuri tanah lapang di sekitar pabrik dengan penuh waspada.
Sesuai dengan rencana yang dibuat, Rival beserta timnya bertugas untuk menyelematkan korban, jadi mereka akan masuk melalui pintu samping yang jarang di awasi dan sebelumnya sudah Danel siapkan agar memudahkan mereka lolos. Pasukan itu menyusuri lorong sempit yang remang, bergerak senyap, menuju area di mana para korban disekap.
Dengan satu isyarat, beberapa anggota timnya melumpuhkan dua penjaga tanpa suara. Begitu masuk, mereka langsung berpencar untuk membuka pintu-pintu yang dikunci rapat untuk mengeluarkan orang-orang yang mereka yakini terkurung di dalam sana. Begitu juga dengan Jesher dan Jean, dua remaja itu langsung berlari ke pintu paling ujung.
Begitu pintu berhasil dibuka, mereka menemukan satu anak perempuan yang sudah meringkuk lemah di sudut ruangan, buru-buru mereka menghampiri dan memeriksanya.
"Adek? Denger saya nggak?" Jesher mencoba meraih bahu kecil itu dan mengguncangnya dengan pelan. Namun, anak itu hanya membuka mata sebentar, meliriknya takut, lalu kembali terpejam karena kondisinya yang sudah terlalu lemah.
Jesher menatap Jean, lalu ketika sepupunya itu mengangguk, ia segera mengangkat tubuh kecil tersebut dan membawanya keluar.
---- S T R A N G E R ----

KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
General FictionTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...