49 - balon

21.3K 2.4K 917
                                    

Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.

.

.

.

.

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

Matahari siang itu menyengat, menghasilkan panas yang membuat Jesher memutuskan duduk disalah satu bangku taman yang teduh. Disampingnya ada seorang badut yang menjual balon-balon juga nampak kepanasan hingga melepas kepala kostum kelinci yang dikenakannya.

"Panas ya, Pak." Jesher merengut, mengikuti ekspresi si Bapak yang kegerahan ikut duduk untuk berisitrahat sejenak. "Minum, Pak."

Lelaki paruh baya itu menerima sebotol minuman yang Jesher tawarkan dengan senyum sumringah. Kebetulan sekali tenggorokannya terasa sangat kering. "Makasih, Dek."

Jesher mengangguk sementara matanya diam-diam mengawasi dua pria besar diseberang sedang berbincang dengan serius seperti membahas masalah yang sangat penting. Demi menghindari kecurigaan, dia memilih untuk mengajak orang disampingnya untuk terus berbicara.

Melihat kostum kelinci yang kusam dan lusuh, dia iseng bertanya. "Pak, ini bajunya dicuci berapa hari sekali?"

Bapak itu tertawa kecil. "Kalau sering dicuci nanti cepat rusak. Paling seminggu sekali, soalnya nyucinya juga susah, berat. Jadi dipakai gini aja." jawabnya ikut memperhatikan kostum yang dipakai.

"Kalau sehari begini, dapatnya lumayan nggak, Pak?

"Ya, kalau ramai kayak gini bisa dapat seratus atau lebih. Tapi kadang juga sepi, cuma bisa dapat beberapa puluh ribu. Kerjaan begini emang nggak pasti. Tapi tetap disyukuri."

Jesher mengangguk, merasa sedikit simpati. Namun perhatiannya tetap tak beralih dari anak buah Wira yang sekarang terlihat mulai berdebat, saat salah satunya membuang arah pandangan Jesher dengan cepat kembali bertanya pada Bapak penjual balon disampingnya. "Keluarga sehat, Pak?"

"Sehat, alhamdulillah. Keluarga adek sehat?" tanya balik lelaki paruh baya itu. Wajahnya nampak letih namun senyumnya tetap cerah membuat Jesher ikut menarik sudut bibirnya tanpa sadar.

"Sehat banget, Pak." Jawab Jesher lalu melanjutkan dalam hati. "Lagi ongkang-ongkang kaki dikantornya habis dapat kontrak sama pejabat tinggi."

"Syukur kalau begitu."

Jesher kembali menoleh melihat dua orang itu yang akhirnya beranjak. Jadi, dia juga segera bergegas untuk kembali membuntutinya dari jauh, berharap hari ini bisa mendapatkan informasi penting. Entah itu terkait orang-orang yang mereka temui, transaksi, atau mungkin mendapatkan bukti bahwa tempat yang Danu beritahu benar-benar menjadi tempat mereka menyimpan barang-barang yang diperjualbelikan.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang