Nama tokoh, tempat kejadian dan konflik cerita ini hanya fiktif belaka.
.
.
.
.
******
Di tengah malam di pusat kota, keheningan yang menekan telah menggantikan hiruk-pikuk jalanan yang biasa sibuk. Membuat tempat itu terasa lebih dingin dan mencekam kendati lampu-lampu jalan masih menyala menerangi jalan.
Jam ditangannya menunjukkan pukul dua belas lewat saat Jesher menyelinap dibalik bayangan sebuah tiang reklame tua yang sudah berkarat. Lalu basah dari sisa-sia hujan beberapa menit lalu membawa udara dingin yang membuat tubuh dibalik jaket hitam itu sedikit tak nyaman. Namun tak menjadi penghalang baginya untuk tetap mengawasi gerak-gerik dari beberapa orang yang mencurigakan.
Tepatnya di depan sebuah bengkel tua yang sudah tutup, dia melihat mobil usang itu berhenti lalu tak lama dua orang keluar menyeret anak laki-laki yang saat itu masih memakai seragam sekolah merah putih. Kedua tangannya diikat dan mulutnya disumpal hingga tak bisa meminta tolong pada siapa pun.
Jesher memperhatikan dengan cermat, namun detik berikutnya dia terhenyak. Jantungnya sudah berdebar tak karuan saat mencoba menatap lebih jauh demi memastikan apa yang di lihatnya tidak salah.
Itu Galen. Salah satu anak panti yang pernah mengajaknya bermain dan tentu Jesher masih mengingat rupanya dengan sangat jelas.
Anak itu terlihat sangat ketakutan, mengedarkan pandangan menyapu tempat asing di depan mata. Hingga akhirnya tatapan mereka bertemu.
Refleks Jesher memberi kode agar Galen diam dengan telunjuk di depan mulut. Anak itu pun sepertinya langsung paham dan terpaksa mengikuti langkah anak buah Wira yang menyeretnya masuk setelah salah satu dari mereka membuka pintu besi bengkel.
Tak mau tinggal diam, Jesher juga mulai bergerak. Perlahan keluar dari persembunyiannya dan mendekati bengkel dengan langkah hati-hati. Beruntunglah gelapnya malam dan bayangan dari bangunan-bangunan disekitar bisa membantunya menyamarkan jejak dalam setiap pergerakan yang dilakukan.
Jesher merapat ke dinding bengkel, menyusuri sisi bangunan hingga tiba dibagian belakang. Dia langsung mencari celah yang mungkin bisa memberinya akses untuk masuk.
Matanya kemudian tertuju pada jendela yang tampak tua dan berdebu, hampir tertutupi papan kayu dan tumpukan barang yang menumpuk. Saat itulah langkahnya terhenti.
Dari dalam dia mendengar suara pukulan keras yang disusul jerit kesakitan yang teredam. Lalu tak lama dentuman pintu yang ditutup dengan bantingan keras menjadi akhir dari suara-suara menakutkan yang bisa Jesher tangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Ficção GeralTerendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak terduga. Bocah 17 tahun mantan anggota kelompok buronan? Tapi itulah faktanya. -------------------- #...