HAPPY READING ALL
-
-
-
-
-
-
-
Gadis cantik itu melangkah dengan cepat sambil membawa nampan yang berisi beberapa gelas minuman ke arah ruangan yang diisi beberapa orang. Kemudian dengan senyum kecil ia menaruh gelas sesuai dengan posisi kursi yang terisi.
“Makasih ya, Aira.”
Aira Aletta, gadis cantik berusia 18 tahun yang kurang beruntung. Aira ditinggal ibunya saat berusia 10 tahun karena penyakit jantung, Ayah dan Ibunya bercerai 2 tahun sebelumnya.
Ayahnya pergi entah kemana, sehingga ia hanya berdua dengan Ibunya. Ibunya yang bernama Arimbi adalah salah satu Asisten Rumah Tangga di rumah besar yang sekarang ia tempati.
Tuan Albert dan Nyonya Amira Mogens selaku pemilik rumah merasa iba dengan Airaa, sehingga mereka tetap menampung Aira sampai sekarang.
Aira kecil yang merasa segan sesekali membantu para Asisten Rumah Tangga untuk menyesaikan pekerjaan mereka, meskipun hanya bantuan kecil yang ia kerjakan. Selagi menunaikan kewajibannya disekolah, setelah dirumah Aira hanya perlu mengurus kebutuhan Tuan Mudanya.
Setelah Ibunya meninggal, Aira menolak menghubungi sanak saudaranya di daerah kelahiran Sang Ibu karena beberapa dari mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, Aira juga tidak tahu apa alasannya.
“Aira, tolong ambilkan salad buah dikulkas, bawakan untuk teman-teman Mahesa ya.”
“Baik, Nyonya. Sebentar lagi Aira antar.”
Aira akan memanggil dirinya sendiri dengan namanya jika berinteraksi dengan orang – orang terdekat, kebiasaannya dari kecil.
Tanpa menunggu lama Aira mengantar salad buah yang diminta. Sayup – sayup ia mendengar gelak tawa yang semakin dekat.
Hal pertama yang dilihatnya adalah Sang Tuan Muda yang sedang membukakan tutup botol untuk gadis berambut coklat.
“Wah, salad.”
“Pelan-pelan aja makannya.”
“Makasih ya, Aira.” Aira hanya tersenyum sembari mengangguk.
Mahesa membukakan penutupnya kemudian menyerahkan mangkuk plastik kecil yang berisi salad pada Olivia, salah satu teman kuliah Mahesa.
Aira yang melihatnya memutuskan untuk segera pergi. Aira tidak tahu tepatnya sejak kapan perasaan ini muncul. Yang ia tahu, ia tidak seharusnya memiliki perasaan ini.
Aira cukup sadar diri dengan posisinya di rumah besar ini. Setiap hari ia selalu menyadarkan dirinya sendiri bahwa tidak ada Cinderella di dunia nyata, Tuan Muda hanya untuk Nona Muda.
Daripada meratapi perasaan menyesakkan ini lebih baik ia mengerjakan pekerjaan yang lain. Kebetulan ia belum menyetrika pakaian Mahesa yang sudah kering.
“Gue denger dari Lorenzo, kemarin lo daftar lomba di kampus gue ya?” Aira berjengit kaget mendengar suara dari belakangnya.
“Iya Kak Lucas, Lorenzo sama aku… kita satu tim,” teman-teman Mahesa memang menyuruhnya untuk tidak memanggil tuan, sebagai gantinya ia memanggil mereka semua dengan sebutan kakak.
“Bagus deh, kalo diliat-liat kalian cocok juga. Sedikit dari yang gue liat dia agak mirip sama lo, sama-sama suka baca buku. Mahes bilang lo suka baca buku, selain baca buku lo suka nonton film?”
“Suka kok kak, aku suka nonton film genre fantasy.”
“Oh ya? Kaya film Enola Holmes lo suka?”
“Suka kak, kalo kakak suka genre apa?”
“Sci-fi.”
“Berarti kakak suka Marvel?”
“Suka, kalo lo sendiri-“
“Ngapain lo disini? Aira lagi nyetrika baju gue balik sono ke depan!” Tiba -tiba Mahesa datang dengan raut datar menghampiri keduanya.
Lucas tersenyum miring kemudian berjalan menjauh. Mahesa mengalihkan pandangannya pada Aira yang menunduk.
“Gue mau keluar, pulang malam. Jangan kemana-mana, kalo mau keluar bilang dulu sama gue.”
“Iya, Tuan.”
-°°-
Aira terbangun mendengar suara berisik dari luar, ia memang menempati kamar yang berada didekat dapur. Pekerja lain menempati rumah belakang karena mereka kebanyakan pasangan suami-istri.
Saat hendak menyalakan lampu kamar, suara ketukan terdengar dari luar. Langsung terlihat wajah Abbas dan Keanu.
“Mahesa mabok tuh tapi udah di kamarnya kok, kita juga gak bisa lama-lama,” jelas Keanu.
“Makasih ya kak, nanti biar sisanya aku yang urusin.”
Setelah mengantar Abbas dan Keanu sampai pintu Aira bergegas menuju kamar Mahesa. Terlihat lelaki itu terbaring dengan pakaian lengkap dan masih mengenakan sepatu.
Pertama-tama Aira membantu membuka sepatunya kemudian membuka atasannya. Mahesa memang terbiasa tidur tanpa menggunakan atasan.
Kebiasaan yang selalu membuat pipi Aira memerah saat membangunkan Mahesa di pagi hari. Karena saat bangun tidur, Mahesa berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.
“Ay,”
Entah kenapa seringkali Mahesa memanggilnya dengan sebutan ‘Ai’. Disaat orang lain memilih memanggilnya ‘Ra’, Mahesa justru memanggilnya ‘Ai’. Entah karena apa Aira juga tidak pernah bertanya.
‘Iya, Tuan.”
“Mau ciuum,” Aira melotot kearah Mahesa yang setengah sadar.
“Aaaaaa… mau ciuum,” Mahesa yang kesal karena Aira tidak merespon menggerakan tangannya mencoba menggapai Aira.
Aira mundur perlahan dengan wajah yang memerah kemudian langsung berlari menuju pintu. Sesampainya di kamar ia langsung mengunci pintu dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
TBC
-
-
-
-
-JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA
Senin, 15 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Teen FictionHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...