Happy Reading
-
-
-
-
-
Terimakasih dan respect buat kalian yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai target semoga dimanapun kalian berada tetap dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya.Waktu berjalan dengan begitu cepat, sepertinya baru kemarin Aira datang ke rumah besar keluarga Mogens. Sekarang, ia sudah resmi menyelesaikan studinya. tadi pagi merupakan acara wisudanya, seperti biasa hanya dihadiri Ayahnya, keluarga Mogens, Bi Ratna dan Pak Asep.
Ternya memang sudah selama itu, padahal Aira masih mengingat dengan jelas bagaimana dulu pelukan hangat Amira menyambutnya, bagaimana tangan besar Albert mengelus pelan puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang dan bagaimana tatapan tajam Mahesa memandangnya. Saat itu Aira merasa jika Mahesa tidak akan pernah menyukai kehadirannya.
Namun siapa sangka, sosok anak kecil dengan tatapan tajam dan tubuh yang tinggi itu sekarang malah menjadi kekasihnya. Dalam hidup, pasti ada beberapa hal yang tidak akan pernah ia dapatkan, ia pikir Mahesa akan menjadi salah satunya.
"Aira kamarnya didepan kamarnya Ayah sama Bunda ya, biar Abang gak curi - curi kesempatan."
Mahesa memutar bola matanya mendengar kalimat tersebut. Mau dibuat seaman apapun, selalu ada celah untuk ia masuk.
"Iya, Bunda. Bunda mau Aira bantu beresin bajunya?"
"Gak usah sayang, bantuin Abang aja ya. Dia suka sembarangan kalo beresin baju."
Dalam rangka merayakan salah satu hari yang berharga untuk Aira, keluarga Mogens mengajak Aira berlibur di salah satu villa mereka di Bali. Acara ini sudah disiapkan jauh - jauh hari. Memang hanya untuk beberapa hari saja karena mengingat kesibukan mereka masing - masing.
"Lucas bilang ke gue kalo dia liat cv lo di ruangan HRD."
Aira menoleh ke arah Mahesa yang sedang duduk di ranjang. Sesuai permintaan Amira, Aira membantu Mahesa mengeluarkan pakaiannya dan menatanya di lemari.
"Iya, Aira apply disana."
"Kenapa gak bilang gue? Rencananya gue mau masukin lo ke kantor Ayah."
"Aira gak enak, nanti pasti banyak omongan gak enak dan bikin Kak Mahes gak fokus kerja."
Sayang sekali, padahal Mahesa sudah membayangkan betapa asiknya jika mereka bekerja ditempat yang sama. Mulai dari berangkat bersama, makan siang bersama, pulang juga bersama. Jika bosan bisa menghampiri Aira di ruangannya. Yang paling penting, ia bisa langsung mengawasi Aira.
Tapi justru itu poinnya, Aira jadi tidak bisa bernafas lega jika satu tempat kerja dengan Mahesa. Di rumah sudah setiap hari bertemu Mahesa, di tempat kerja pun harus bertemu juga. Pasti sedikit - sedikit akan direcoki.
"Alesan itu mah, itu pasti biar lo bisa tebar pesona di sana."
"Iyaa, syukur - syukur sih dapet."
"Ish, genit banget."
Aira tertawa kecil melihat ekspresi kesal Mahesa, ada rasa puas tersendiri ketika melihat Mahesa kesal karena ucapannya. Meskipun hubungan mereka sudah berjalan bertahun - tahun lamanya, dari mereka tidak banyak yang berubah. Mahesa masih sering merajuk dan Aira masih dengan kesabarannya yang seluas samudra.
"Gak gitu, Aira kan cuma pengen dapet pengalaman di lingkungan baru. Boleh ya, Sayang?"
Mahesa masih terdiam, ia menatap Aira dengan kesal. Terlihat kedua alisnya masih menukik tajam.
"Boleh, tapi 1 bulan aja."
"Kok 1 bulan doang? Abis 1 bulan Aira kerja dimana?"
"Kita liat aja nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Novela JuvenilHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...