CHAPTER 34 : Anniversary

79.8K 5.4K 362
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Maaf baru update, hehe
Respect dan terimakasih buat yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai target semoga dimanapun kalian berada tetap dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya













Mahesa panik, dini hari tadi Ayahnya mengirim pesan jika Aira sakit. Untungnya mereka langsung membawa Aira ke rumah sakit saat itu juga.

Meskipun demikian Mahesa tetap tidak bisa fokus, ia sangat ingin pulang dan melihat secara langsung bagaimana kondisi Aira. Sayangnya ia tidak bisa langsung pulang ke Indonesia karena ada beberapa hal yang harus ia selesaikan.

"Aira gak papa kok~"

"Gak papa gimana orang lo sampe masuk rumah sakit."

"Aira cuma kecapean biasa. Nanti juga sembuh."

"Gue gak suka ya, Ay. Kalo lo ngomong kaya gitu, kesannya kaya nyepelein kesehatan sendiri."

"Yaudah maaf ya bikin khawatir."

"Gue pengen pulang banget, Ay."

"Kalo gak bisa pulang, gak usah pulang juga gak papa. Lagian disini Aira banyak yang jagain kok."

"Gue gak tenang, sayang."

"Aira gak papa kok. Doain aja supaya cepet sembuh."

"Tiga hari lagi gue pulang ya."

"Iyaa, sayang. Sesuai rencana aja."

"Kayanya lo kecapean deh, Ay."

Memang betul yang dikatakan Mahesa, tahun pertama perkuliahan Aira gunakan untuk mengikuti perlombaan dan organisasi. Ditambah sekarang Mahesa di Belanda, pekerjaan di rumah menjadi lebih ringan. Membuat Aira lebih banyak mengambil kesempatan.

Meskipun tidak berasal dari kasta yang sama, Aira berusaha untuk pantas menjadi bagian dari keluarga Mahesa. Agar nantinya ia tidak mempermalukan Mahesa sebagai suaminya.

"Yaudah nanti Aira kurangin kegiatannya biar ada waktu istirahat yang lebih."

Mahesa tersenyum, tidak perlu repot - repot memberi pengertian kepada gadisnya yang cantik.

"Pinter."

"Aira mau makan dulu terus minum obat, nanti Aira video call lagi ya?"

"Oke, see u gorgeous."

Mahesa mematikan panggilannya, ia mencoba menekan keinginannya untuk pulang. Panggilan tadi hanya sedikit mengobati rasa khawatirnya.

Sepertinya ia harus mempercepat pekerjaannya disini.

"Pacarmu masuk rumah sakit?"

Mahesa hanya mengangguk, sedari awal ia memang sedang satu ruangan dengan kakeknya. Jadi, beliau mendengar semua percakapan Mahesa dengan Aira.

"Ya sudah, lusa kamu boleh pulang ke Indonesia."

"Seriously, Grandpa?"

Mahesa cukup terkejut, semakin kesini ia merasa kakeknya semakin melembut. Tidak sekeras dulu yang jika iya harus iya dan tidak harus tidak.

"Sure."

"Thank you, Grandpa."

"Grandpa juga akan ikut ke Indonesia."

Mahesa mengangkat sebelah alisnya sambil menatap ke arah Felix. Kakeknya ada saja tingkahnya. Mau apa dia pulang ke Indonesia?

"It's up to you, Grandpa."

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang