Happy Reading
-
-
-
-
-
-
Terimakasih dan respect buat kalian yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai target, semoga dimanapun kalian berada tetap dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya.Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Tuan Muda kita telah menyelesaikan studi lanjutnya selama dua tahun. Pagi tadi Mahesa mengikuti acara wisuda bersama teman - teman seperjuangannya di Belanda. Seluruh keluarga Mogens ditambah dengan Aira, Bi Ratna dan Pak Asep turut serta terbang ke Belanda untuk merayakan salah satu hari berharga bagi Mahesa.
Aira menatap asing ruangan disekelilingnya, sekarang ia berada salah satu kamar kediaman Kakek Mahesa. Meskipun lelah, Aira tidak bisa langsung tertidur pulas di tempat baru. Padahal, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Semoga saja besok Aira tidak kesiangan karena mereka akan langsung pulang ke Indonesia pada pagi harinya.
Lampu sudah dimatikan, di luar juga sudah tidak ada suara apapun. Sepertinya penghuni rumah sudah mengistirahatkan tubuhnya di kamar masing - masing. Aira masih mencoba untuk tidur, namun sayangnya matanya kembali terbuka karena suara pintu yang dibuka perlahan. Seseorang masuk ke kamarnya.
Aira menoleh untuk melihat siapa yang masuk, ternyata Tuan Muda kesayangan kita sedang mengendap - mengendap menuju ranjang.
"Kenapa ke sini? Gak enak kalo ketauan."
"Ssstttt, aman kok."
Mahesa menaiki ranjang dan menyingkirkan guling yang menghalanginya untuk memeluk Aira.
"Mau bobo di sini, gak mau bobo sendirian~"
"Tapi nanti pagi - pagi bangun ya?"
"Hu'um."
Aira berbaring menyesuaikan posisinya agar nyaman, ia mulai memejamkan mata sambil mengusap lembut rambut Mahesa.
"Ayaaa~"
"Kenapa, Sayang?"
"Nanti kalo udah pulang ke Indonesia kita survei rumah ya?"
Aira terkejut, Mahesa belum pernah membicarakan apapun soal ini. Menurutnya membeli sebuah rumah adalah keputusan yang besar, tapi kenapa Mahesa tidak memberitahunya sama sekali?
"Rumah? Rumah siapa?"
"Rumah kita."
"Rumah kita? Kita bahkan belum pernah bahas apapun loh tentang ini."
Aira melepas pelukannya, dalam penerangan yang minim Mahesa masih bisa merasakan jika Aira kurang senang dengan apa yang ia sampaikan.
"Sebenernya gue baru rencana mau beli rumah, nanti kita survei bareng - bareng. Kalo cocok, nanti kita beli buat kita tempatin setelah nikah."
"Iya, nanti Aira temenin ya. Nikahnya juga masih lama udah kepikiran ke situ aja."
"Gak ya, gue mau nikahin lo setelah lo lulus kuliah."
"Masih dua tahun lagi."
"Dua tahun itu sebentar, Ay."
"Yang penting kalo ada apa - apa bilang ya, jangan tiba - tiba ambil keputusan."
Bukan apa - apa, maksud Aira di sini adalah ia juga ingin dilibatkan, meskipun untuk pengambilan keputusannya tetap pada Mahesa. Ia juga ingin turut serta memberikan pertimbangan atas keputusan yang akan diambil. Aira juga tidak ingin tahu dari orang lain, ia ingin segala sesuatunya Mahesa sendiri yang memberitahunya secara langsung.
"Iya, Sayang."
-°°-
"Gimana? Gak jauh kan dari rumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Teen FictionHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...