HAPPY READING
-
-
-
-
-
-
-
-“Ra, hp kamu bunyi di kamar, sisanya biar Bibi aja yang lanjutin.” Bi Ratna memanggil Aira yang sedang mengangkat cucian kering di jemuran belakang dapur.
Aira mengangguk kemudian berjalan menuju kamarnya yang memang dekat dengan dapur. Kebetulan Aira berpapasan dengan Mahesa yang sedang minum. Lelaki itu terlihat baru selesai bermain basket. Aira memasuki kamarnya sambil menunduk.
Aira mengernyit melihat siapa yang menelfon, ternyata Candra. Teman sekelasnya yang satu itu memang cukup dekat dengannya, tentunya selain Maya dan Sinta.
Aira bertanya-tanya hal penting apa yang membuat Candra menghubunginya diwaktu yang sesore ini.
“Halo Aira?”
“Iya, halo Candra,”
“Malam nanti lo mau keluar ga?”
“Kayanya engga deh, kenapa ya?”
“Gue mau minjem buku mapelnya Bu Ari, boleh ga? Kalo boleh nanti gue nyamperin lo,”
“Boleh, kalo mau otw kabarin ya,”
“Oke Aira cantik, see you,”
“See you too,”
Aira lebih dulu mematikan panggilannya, kemudian tersentak kaget saat melihat Mahesa bersandar pada pintu kamarnya.
Aira menunduk melihat Mahesa menatapnya tajam. Kakinya melangkah mundur sampai menabrak ranjangnya ketika melihat Mahesa mendekat kearahnya.
“Siapa yang telfon?”
“Temen kelas, Tuan.”
“Kalo diajak ngomong jangan nunduk,” Aira langsung mengangkat wajahnya menatap Mahesa.
“Lo mau kemana nanti malem?” Mahesa kembali bertanya.
“Gak kemana-mana Tuan, tadi temen Aira cuma mau pinjam buku.”
“Awas aja kalo lo macam-macam,”
Mahesa langsung keluar setelah menyelesaikan kalimatnya. Aira menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Tuan Mudanya yang terkadang membuatnya tidak paham.
-°°-
Aira berdiri didepan gerbang dengan buku ditangannya menunggu Candra datang. Candra berkata bahwa dia akan sampai beberapa menit lagi.
Tak lebih dari 5 menit sebuah motor berwarna hijau-hitam berhenti tepat didepannya. Aira sudah tau itu pasti Candra.
“Nunggu lama gak?” Candra melepas helmnya.
“Gak kok, ini bukunya, btw kamu baru pulang ya?” Aira memang terbiasa menggunakan aku-kamu, teman-temannya juga memakluminya.
Candra kembali mengalihkan pandangannya pada Aira setelah meletakkan buku ke dalam tasnya.
“Iya, baru selesai rapat OSIS, bentar lagi mau purna soalnya,” Aira dan Candra memang sudah kelas 12 SMA, meskipun baru memasuki pertengahan semester ganjil.
“Oh iya ini ada sesuatu buat lo, dimakan ya.” Candra menyerahkan bungkusan berwarna putih pada Aira.
“Gausah repot-repot gak papa kok, ini buat kamu aja buat dimakan dirumah.” Aira menolak denga halus. Candra memaksa Aira menerimanya.
“Kalo lo gak terima gak gue balikin buku lo,” Akhirnya Aira menerimanya meskipun sebenarnya merasa tidak enak.
“Makasih banyak ya, Candra.” Ucap Aira sambi tersenyum. Candra membalas senyum Aira sambil mengangguk kemudian memakai kembali helmnya.
“Iya sama-sama, bukunya gue pinjem dulu ya, gue balik dulu.”
“Oh iya, hati-hati dijalan ya,” Candra mengangguk sambil menyalakan motornya kemudian melajukan motornya.
Aira melangkah masuk ke dalam lewat pintu dapur, membuka bungkusan dari Candra yang ternyata berisi roti coklat.
Aira duduk di meja makan dapur sambil memakan roti coklat dari Candra, tidak menyadari bahwa Mahesa sedang melangkah mendekatinya.
Aira baru menyadari keberadaan Mahesa ketika Mahesa menarik kursi didepannya. Dengan mulut yang penuh hingga pipinya mengembung Aira melanjutkan kegiatan mengunyahnya.
Mahesa diam sambil memperhatikan Aira memakan roti yang ia tahu dari seorang pria. Mahesa melihat Aira yang bertemu dengannya didepan gerbang, ia memperhatikan dari atas balkon dari awal sampai si pria pergi.
“Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara – gara dari orang special?” Mahesa bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
“Eh.. Tuan mau?” Aira mengerjapkan matanya.
“Mau, gue mau semuanya!” Mahesa merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahesa.
“Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit,” Aira menatap Mahesa dengan raut memelas.
“Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue.”
“Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi,” Aira berkata dengan takut-takut.
“Ga boleh!” Mahesa langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahesa yang mulai jauh.
-°°-
Mahesa meletakkan bungkus roti diatas meja, kebetulan sedang ada Lucas dan Abbas. Seperkian detik setelah diletakkan, isi nya langsung berkurang. Abbas melirik Mahesa yang memasang wajah galak.
“Aira kenapa lagi?” Abbas bertanya sambil mengunyah rotinya. Paham betul penyebab mood sahabatnya buruk, sudah sering terjadi.
“Ada bocah sialan ngasih makanan ke Aira, sok asik banget anjing!”
“Yaelah baru ngasih makanan belum ngasih cincin,” Tak lama setelah Lucas menimpali, bantal sofa melayang kearahnya.
“Gue gorok kalo sampe kejadian,”
“Keburu diambil orang.”“Sebelum ngambil Aira udah gue buat miskin duluan dia,” Mahesa menjawab kemudian dengan santai meminum sodanya.
Tbc
JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA
Senin, 15 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Teen FictionHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...