CHAPTER 6 : Wanna Be With You

118K 6K 44
                                    

HAPPY READING

-
-
-
-
-
-











Pagi ini Aira sengaja bangun lebih awal dan menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. Rencananya hari ini ia dan Lorenzo akan belajar bersama mengingat waktu pelaksanaan lomba tinggal seminggu lagi. Mengenai lomba ini Aira sudah mendapatan izin dari Amira dan Albert selaku tuan rumah, karena nanti waktunya akan terbagi juga untuk persiapan lomba.

Aira akan meminta izin pada Mahesa secara mendadak ketika ia sudah siap pergi, jika nanti Mahesa menolak ia akan mengadu kepada Amira bila perlu kepada Albert juga. Sebelum niatnya terlaksana suara pintu yang terbuka menghentikan kegiatan Aira yang sedang make up. Disana terlihat Mahesa dengan muka bantal dan wajah lembabnya.

Seperti biasa sesekali Mahesa akan pergi ke kamar Aira hanya untuk melihat apa yang dilakukan Aira, seperti saat ini. Tak jarang juga Mahesa merebahkan diri bahkan tidur di kamar Aira ketika Aira tidak kamar atau sedang mengerjakan sesuatu.

"Mau kemana lo hari minggu gini udah rapi?" Mahesa bertanya sambil berjalan lalu duduk disebelah Aira.

"Mana dandan lagi genit banget lo," lanjut Mahesa.

"Tuan, Aira izin mau belajar bareng En-Lorenzo buat lomba beberapa hari lagi ya? Udah izin ke Nyonya sama Tuan Besar kok," Aira berbicara sambil tetap bersiap - siap.

" Udah mulai nakal ya lo, mau pergi bilangnya mendadak. Jangan - jangan kalo gue gak kesini lo gak bakal bilang?"

Aira yang melihat mulai emosi hanya menghela nafas. Mahesa ini, padahal baru bangun tidur.

"Yaudah nanti kalo Aira udah pulang Tuan mau apa? Dibikinin brownies? Atau nanti malem sebelum tidur punggung sama kepalanya mau diusap - usap?" Mahesa hanya diam saja, alisnya masih menukik pertanda moodnya masih jelek.

"Yaudah mau apa, hm?" Setelah selesai memoles wajahnya Aira mengalihkan perhatiannya pada Mahesa, mengangkat tangannya berniat menyentuh rahang Mahesa. Namun belum sempat menyentuh, tangan Aira dihempas oleh tangan Mahesa.

Mahesa beranjak untuk merebahkan diri di ranjang Aira, posisinya membelakangi Aira yang sudah duduk dipinggir ranjang. Aira hanya menghela nafas lagi, Lorenzo sebentar lagi akan menjemputnya. Ia tidak punya banyak waktu untuk membujuk bayi beruang.

"Yaudah, Tuan pikirin dulu nanti kasih tau Aira lewat chat. Aira buru - buru soalnya." Mahesa yang mendengar langkah Aira beranjak membalikkan posisi tubuhnya.

"Gue mau ikut,"

"Aira gak enak sama Lorenzo, pasti nanti disana Tuan bosen," Aira bisa menebak apa yang akan dilakukan Mahesa disana, pasti ia akan mengganggu aktivitas belajar mereka.

"Gue jadi makin curiga kalo lo larang,"

"Aira gak akan macem - macem kok, lagian kan sama Lorenzo, Tuan juga kenal kan dia sama keluarganya."

"Tuh kan, lo sekarang jadi seenaknya sama gue,"

"Yaudah Aira bilang Lorenzo dulu." Akhirnya Aira mengalah.

-°°-

Aira tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya, sebenarnya pesan yang dikirimkan pada Lorenzo hanya untuk formalitas saja. Tetapi ternyata Lorenzo malah mengiyakan permintaan Aira, jadi disinilah Aira dan Mahesa.

"Kenapa? Kesel lo gara - gara gue ikut? Gak mau diganggu study date-nya ya?" Mahesa bertanya karena melihat wajah Aira yang cemberut. Aira hanya diam kemudian berjalan mendahului Mahesa.

Setelah sampai di dalam cafe Aira mencari keberadaan Lorenzo sedangkan Mahesa memesan makanan, begitu Mahesa selesai keduanya langsung menuju ke sebuah ruangan kecil yang didesain cukup nyaman untuk sekedar belajar atau kerja kelompok.

"Tuan masih inget tadi janjinya apa kan?" Aira mencoba melupakan rasa kesalnya.

"Gak boleh ngajak pulang sembarangan, harus nurut dan gak boleh ganggu,"

"Pinter," Aira menjawab sambil tersenyum.

Aira dan Lorenzo mulai mengeluarkan buku, alat tulis dan laptop mereka, sedangkan Mahesa sibuk dengan ponselnya. Mahesa mengarahkan ponselnya ke arah Aira, kemudian mengambil fotonya secara candid.

Baru beberapa jam berlalu Mahesa sudah bosan, ia menepuk - nepuk paha Aira. Aira yang mengerti hanya mengangguk sambil terus berdiskusi dengan Lorenzo.

Kemudian Mahesa berbaring dengan kepala yang direbahkan dipangkuan Aira. Tangan kanan Aira digunakan untuk mencatat sedangkan tangan kirinya mengelus kepala Mahesa.

Lorenzo yang melihatnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya apalagi saat melihat Mahesa mulai menutup mata. Aira terlihat seperti ibu muda yang memiliki satu anak balita. Menurutnya, Aira dan Mahesa adalah pasangan yang cocok. Mahesa yang keras kepala dan seenaknya sedangkan Aira yang sabar dan penurut.

Waktu berlalu dengan cepat, Aira dan Lorenzo sudah cukup lelah karena waktu sudah menunjukkan puluk 4 sore. Sudah lebih dari 6 jam mereka belajar, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Aira mempersilahkan Lorenzo untuk pulang duluan karena Mahesa masih tertidur.

"Tuan, bangun yuk kita pulang,"

Aira mengelus rahang mahesa yang menyembunyikan wajahnya diperut Aira. Sebenarnya kaki Aira sudah sangat pegal, namun ia tidak ingin Mahesa rewel karena tidurnya terganggu. Jadi, lebih baik Aira menahan pegal daripada belajarnya terganggu.

"Lorenzo udah pulang duluan, udah sore yuk pulang, Tuan pasti cape," Ucap Aira setelah Mahesa terbangun. Mahesa hanya mengangguk kemudian menatap Aira yang sedang membereskan buku dan alat tulisnya.














Tbc






JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA SUPAYA AKU SEMANGAT UPDATENYA HEHEHE


Minggu, 28 Januari 2024

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang