CHAPTER 35 : Bottle

79.9K 5.1K 479
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
-
Respect dan terimakasih buat kalian yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai target semoga dimanapun kalian berada tetap dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya





Seminggu setelah keluar dari rumah sakit Aira dinyatakan sudah sembuh total. Mahesa menepati janjinya untuk makan malam di luar dalam rangka merayakan satu tahun hubungan mereka.

Terhitung mereka jarang sekali makan malam bersama. Mereka hanya makan malam bersama ketika ada momen khusus saja.

Makan malamnya berakhir dengan baik, Mahesa memberikannya sebuah promise ring sebagai hadiah. Promise ring yang cantik yang dari tampilannya pun terlihat mahal.

Promise ring ini lebih bagus dari yang pernah Mahesa berikan padanya saat memintanya menjadi kekasihnya, Mahesa bilang promise ring itu cukup disimpan saja.

Memang sebelum ini, dalam percakapan mereka tiba - tiba Mahesa bertanya kira - kira kapan ia siap membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, seperti bertunangan misalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang sebelum ini, dalam percakapan mereka tiba - tiba Mahesa bertanya kira - kira kapan ia siap membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, seperti bertunangan misalnya. Aira hanya bisa menjawab jika ia masih memiliki banyak pertimbangan.

Banyak yang masih ingin Aira lakukan, Aira masih takut dan belum siap secara mental untuk hubungan yang lebih serius. Mahesa menghargai keputusan Aira, apalagi ini adalah kali pertamanya Aira menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Aira kira Mahesa hanya sekedar bertanya, tapi ternyata ia sedang mempersiapkan sesuatu. Sedikit tidak menyangka Mahesa sudah berfikir sampai kesana. Sampai sekarang rasanya sulit dipercaya jika Mahesa membalas perasaannya.

Rasanya baru kemarin ia mencuri pandang ke arah anak lelaki berpostur tubuh tinggi dan berkulit putih yang dikenalkan ibunya. Anak lelaki yang ia kira pendiam yang ternyata jahilnya melebihi ekspektasinya. Anak lelaki yang sekarang semakin tampan dan semakin membuat perasaannya tidak karuan.

Lamunan Aira terputus ketika mendengar suara Mahesa dari kejauhan. Tadi pagi Mahesa memang berpamitan pergi bermain voli bersama teman - temannya. 

"Ayaaaaa~"

"Ayaaaaaaaa~"

"Aira di dapur, jangan teriak - teriak."

Aira memindahkan masakannya dari wajan ke dalam mangkuk besar. Pas sekali begitu selesai ia melihat Mahesa mendekat ke arahnya dengan wajah cemberut.

"Ayaaaa~"

"Kenapa, sayang? Kok cemberut gitu?"

Mahesa duduk di kursi kemudian memeluk pinggang Aira.

"Tapi janji ya jangan marah?"

Aira mengelus puncak kepala Mahesa dengan lembut, ada apa lagi ini.

"Engga kok."

MAHESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang