CHAPTER 13 : A Boyfriend?

106K 5.9K 390
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-













"Maya, hari ini Maya pulang duluan aja. Aira di jemput Tuan Mahesa."

"Tumben banget, jangan-jangan dia mau macem-macemin lo nih,"

"Kalo dia macem-macem lo telfon kita aja."

"Engga kok, katanya minta ditemenin ke kampus buat bimbingan,"

Maya dan Sinta hanya mengangguk. Mereka sudah tidak heran lagi jika hubungan Aira dan Mahesa lebih dikatakan seperti kekasih.

"Aira duluan ya, Maya sama Sinta hati-hati di jalan."

"Lo yang tiati harusnya karna semobil sama orang kaya dia,"

"Iya bener tuh, kelakuan dia kan suka gak masuk akal."

"Yaudah sana buruan nanti big baby lo tantrum."

Aira hanya meringis mendengarnya. Selayaknya hubungan persahabatan pada umumnya, mereka bertiga seringkali bertukar cerita apapun itu. Mereka juga saling support dan saling melengkapi.

Banyak yang seringkali kurang bersyukur hubungan pertemanan yang sehat karena menganggap seorang teman memang sudah seharusnya begitu. Namun kenyataannya, tidak semua orang memiliki hubungan pertemanan sehat. Karena itu, Aira sangat bersyukur memiliki mereka.

Disisi lain Mahesa yang sedang memainkan ponselnya terkejut mendengar suara pintu mobil yang dibuka. Terlihat Aira memasuki mobil dengan senyum kecil di wajahnya, cantik sekali. Karena terlalu fokus pada Aira, Mahesa sampai tidak sadar jika Aira mengulurkan bungkus makanan.

"Aira bawa kebab buat Tuan, beli di penjual baru di kantin. Ini enak, Tuan harus coba."

Aira selalu bisa membuatnya merasa spesial. Tidak hanya kali ini, dari sebelumnya pun ketika ada makanan atau minuman yang menurutnya enak, Aira pasti akan membawakannya untuknya.

Memang terlihat sepele, namun jarang sekali orang yang bisa melakukannya.

"Kenapa? Tuan gak mau ya?"

"Nanti aja gue makannya, ini gue bawain lo baju ganti. Gue keluar dulu biar lo ganti di mobil aja, dari luar gak keliatan kok."

Aira hanya mengangguk, namun sepertinya ada yang janggal.

"Tuan, ini kan bukan sweater punya Aira. Kok dari lemari Aira Tuan cuma ambil roknya aja?"

"Iya, itu sweater gue. Udah cepetan ganti aja."

Mahesa langsung keluar dari mobil. Kali ini, Aira tidak ingin pusing dengan menebak-nebak kelakuan Mahesa. Ia langsung mengganti pakaiannya.

-°°-

Aira kira setelah menemani Mahesa bimbingan, mereka akan langsung pulang. Ternyata tidak, Mahesa membawanya bertemu teman-temannya di distro milik Lucas.

"Tumben banget bawa Aira, duduk dulu. Mau minum apa? Ntar gue minta karyawan gue buat beliin."

"Seadanya aja kak gapapa."

"Waduh bisa babak belur gue ngasih minum lo minuman seadanya."

Aira menampakkan wajah bingung, tidak mungkin Mahesa marah karena ia diberi minum air putih kan?

"Jangan aneh-aneh lo."

Mahesa memperingati Lucas, karena sebenarnya maksud dari minuman seadanya adalah minuman keras. Mahesa dan teman-temannya mungkin familiar dengan itu. Tetapi ia tidak akan membiarkan Aira mencicipinya apalagi di usianya yang bahkan belum ada 20 tahun.

"Sini, duduknya jangan jauh-jauh."

Mahesa merangkul Aira sambil memainkan rambutnya. Aira hanya diam saja, dari kecil Mahesa memang kaum physical touch.

Saat dia kecil Mahesa suka mencium pipinya, Ibu Aira dan orang tua Mahesa awalnya hanya diam saja karena saat mereka hanya anak kecil.

Namun setelah Aira memasuki jenjang sekolah menengah pertama, Aira membuat batasan dengan Mahesa. Aira sudah bisa menolak Mahesa dan mengancamnya akan melaporkannya kepada ibu Aira.

Setelah itu Mahesa hanya bisa curi-curi kesempatan. Tidak sebebas dulu saat masih kecil. Untuk perlakuan Mahesa yang satu itu Aira hanya bisa berfikir positif, mungkin Mahesa hanya ingin punya adik perempuan.

"Abis ini kita dinner sama Ayah sama Bunda, dinnernya ga formal kok."

"Tapi Aira gak enak, Tuan. Aira pulang sendiri aja gapapa kok."

"Gak ada ya kaya gitu, Bunda yang minta loh."

Mau tidak mau Aira hanya bisa mengangguk, tidak enak jika menolak permintaan Amira. Sebenarnya ia masih merasa jadi orang lain meskipun keluarga Mahesa sudah menganggapnya seperti bagian dari mereka.

"So, tumben kesini?"

"Mampir aja,"

"Aira kelas 12 ya? Mau lanjut kuliah dimana? Jadi ke kampus yang kemaren buat lomba?"

"Iya, Kak Abbas."

"Oalah, bagus deh kalo gitu. Di sana cowoknya ganteng-ganteng. Cari pacar ya, belum pernah pacaran kan?"

"Belum, Aira juga penasaran gimana rasanya pacaran."

Mahesa menatap Lucas dengan tatapan tajam. Abbas dan Keanu hanya saling melirik sambil menahan tawa.

"Kalo mau nanti gue kenalin sama cowo, gue cariin yang baik deh yang gak ngambekan. Lo mau yang kaya apa?"

Sebelum menjawab Aira menatap Mahesa disampingnya, mungkinkah perasaannya kepada Mahesa akan hilang jika ia dekat dengan pria lain? Selama ini ia belum sempat mencobanya.

Mahesa hanya membalas tatapan Aira dengan wajah masam. Berharap Aira peka jika ia tidak suka topik pembahasan kali ini. Tidak mungkin kan dia memperlihatkan ketidaksukaannya didepan teman-temannya? Bisa-bisa akan ia diledek habis-habisan.

"Tuan, Boleh gak Aira punya pacar?"

Wajah Mahesa semakin masam begitu mendengar pertanyaan polos dari Aira.

"Boleh, tapi besoknya gue hamilin lo."

Aira tidak sempat menanggapi jawaban Mahesa karena tangannya langsung ditarik untuk mengikuti Mahesa keluar dari distro. Namun samar-samar ia mendengar suara tawa dari Abbas dan Keanu.

"Tuan, kita belum pamitan."

"Diem. Sekali lagi lo ngomong gue cium bibir lo."

Setelah itu Aira baru menyadari bahwa Mahesa benar-benar kesal.













TBC
-
-
-
-
-
-












Maaf ya baru update, makasih banyak buat yang udah baca ceritanya. Jangan lupa follow akunku yaaaa.

Next chapter 450 vote + 350 komen (biar agak lama dikit wkwkw)

Ayo rameiiiin




Sabtu, 4 Mei 2024

MAHESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang