Happy Reading
-
-
-
-
-
Respect buat kalian yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai targetKali ini kediaman keluarga Mogens terlihat cukup ramai. Seluruh penghuninya ikut mempersiapkan keberangkatan Mahesa besok ke Belanda. Seperti biasa, yang bersangkutan hanya berleha - leha memperhatikan orang - orang yang berlalu lalang.
Aira sendiri ditugaskan untuk packing yang ada di kamar Mahesa, entah itu baju, sepatu, berkas - berkas atau yang lainnya. Untungnya setengah dari barang - barang Mahesa sudah dibawa ke sana, sehingga ia tidak terlalu repot.
Meskipun setengahnya sudah disana tetap saja masih banyak yang belum dibawa. Aira membutuhkan sekitar 3 koper besar untuk memuat semua barang bawaan Mahesa yang tertinggal. Belum lagi ada satu tas ransel.
"Sepatu ini di bawa ya, Ay."
"Sepatu yang mau dibawa udah banyak. Yang ini ditinggal aja ya?"
"Satu lagi, Ay."
Bukan tanpa alasan Mahesa membawanya, ia akan membawa semua yang pernah Aira pilihkan untuknya. Kalo boleh ia bawa Aira sekalian.
"Yaudah."
Aira melanjutkan kegiatannya tanpa menyadari jika Mahesa keluar dari kamar. Sebenarnya, Aira sedih jika harus berpisah dengan Mahesa. Apalagi mereka belum lama resmi berpacaran.
Aira masih mempertanyakan apakah keputusannya benar atau salah. Mengingat perbedaan status sosial mereka yang sangat berbeda, kecil kemungkinan untuk mendapatkan akhir yang bahagia.
Ada banyak sekali perdebatan di kepalanya, bagaimana jika nanti Mahesa bosan dengannya? Bagaimana jika nanti Mahesa jatuh cinta dengan orang yang setara dengannya? Bagaimana jika Nyonya dan Tuan Mogens berubah pikiran dan berbalik menentang hubungan mereka? Ada masih banyak lagi 'bagaimana' dipikirannya.
Yang orang - orang tahu ia adalah gadis yang tidak tahu diri karena menerima permintaan Mahesa untuk menjadi pacarnya. Padahal Aira hanya perempuan biasa yang kalah dengan perasaannya.
Di dunia ini, Aira hanya punya dirinya sendiri. Ia berharap semoga Tuhan memberikan keberuntungan ditengah keadaannya yang seperti ini.
Lamunan Aira terhenti karena mendengar suara pintu terbuka, saat menoleh terlihat Mahesa membawa beberapa pakaian yang terlihat seperti milik Aira.
"Kok baju Aira di bawa kesini?"
"Gue mau bawa ini ya ke Belanda."
Lebih terdengar seperti pernyataan dibandingkan permintaan. Padahal itu semua milik Aira. Mungkin Mahesa penganut prinsip 'milik Aira milik Mahesa juga'.
"Kok dibawa? Kan punya Aira."
"Pokoknya mau gue bawa."
"Buat baju ganti barangkali ada cewe lain nginep ya?"
"Gak lah, kurang ajar lo kalo ngomong."
Mana mungkin Mahesa mengaku jika dia membawa beberapa baju milik Aira untuk mengobati rindunya disana. Karena tidak seperti perjalanan bisnis biasanya, ia akan menetap dalam waktu yang cukup lama disana.
"Gak buat macem - macem kan?"
"Gak lah, daripada baju lo mending macem - macemin lo-nya aja sekalian."
"Ngomongnya."
"Kenapa? Emang iya kan."
Aira melanjutkan kegiatannya tanpa menanggapi Mahesa. Mahesa sendiri memasukan baju Aira ke kopernya dengan asal. Percuma Aira melarangnya, Mahesa pasti akan melakukan semaunya.
"Jangan cemberut gitu dong, baju lo kan banyak."
"Bukan masalah bajunya, cuma buat apa baju Aira di bawa ke sana?"
Mahesa terdiam memikirkan alasannya, ia harus menemukan alasan yang logis agar Aira tidak banyak bertanya.
"Biar nanti kalo lo ke sana gak usah repot bawa baju ganti."
Aira hanya menganggukkan kepalanya menerima alasan Mahesa yang cukup logis. Padahal ia tidak tahu saja ada alasan lain dibaliknya.
"Yaudah sini Aira yang lipet."
Mahesa tersenyum melihatnya, Airanya yang polos menggemaskan sekali~
-°°-
Aira membersihkan ranjangnya bersiap untuk istirahat. Hari ini cukup menguras tenaga, ia harus mempersiapkan keperluan Mahesa dari pagi hingga sore tadi.
Sepertinya malam ini ia harus tidur cepat karena besok banyak yang harus dilakukan, seperti mengantar Mahesa ke Bandara. Tadi, ia juga sudah memastikan Mahesa tidur lebih awal.
Rasanya enak sekali merebahkan diri di kasur setelah seharian beraktivitas. Tapi baru beberapa detik berlalu terdengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa?"
"Gue."
Itu suara Mahesa, padahal sebelum ia tinggal Mahesa terlihat sudah tertidur pulas. Aira langsung membuka pintunya, takut terjadi sesuatu.
"Bohongin Aira ya, tadi pura - pura tidur."
Mahesa tidak mengelak, tadi ia hanya memejamkan mata sambil mencari cara untuk mengatakan sesuatu kepada Aira.
"Kenapa?"
Mahesa terlihat ragu - ragu mengatakannya.
"Mau bobo disini boleh?"
"Kenapa? Ada masalah sama kamar Tuan?"
"Mau bobo disini aja, kan besok udah jauh."
Aira terdiam mendengarnya, ia bingung harus menjawab apa.
"Tapi nanti gak enak kalo ada orang yang tau."
"Gak kok, Udah diizinin sama Bunda."
"Beneran? Gak bohong kan?"
"Masa gak percaya sih~"
Mahesa cemberut melihat Aira yang masih terdiam.
"Boleh yaaaa~"
"Sekali doang~"
"Yaudah gak papa."
Mahesa langsung tersenyum dan nyelonong masuk ke dalam. Aira hanya menggelengkan kepalanya kemudian menutup pintu.
Mahesa langsung memeluk Aira begitu Aira merebahkan tubuhnya di ranjang. Dan seperti biasa Mahesa memposisikan kepalanya di dada Aira.
"Elus - elus kepalanya."
"Iya ini benerin selimut dulu."
Aira menuruti permintaan Mahesa yang langsung menemplokinya seperti bayi gorila.
"Nanti jangan cari cowo lain ya, awas aja gue hamilin lo kalo kejadian."
"Iyaaa, udah 23 kali Tuan ngomong kaya gitu hari ini. Cepet bobo besok harus bangun pagi."
"Siap, sayang."
TBC
-
-
-
-
-SERU GAK? AK BUTUH KALIMAT PENYEMANGAT YANG MEMBANGUN SEMANGAT.
Maaf ya lama updatenya, mau UAS soalnya wkwkw. Makasih banyak udah tetep mau baca cerita akuuuu.
1.500 vote + 500 komen + 20 followers
Sabtu, 8 Juni 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Teen FictionHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...