HAPPY READING
-
-
-
-
-
-Weekend Aira kali ini cukup santai karena pagi tadi Mahesa bersama Amira pergi ke Belanda menyusul Albert. Rencananya Aira ingin bermalas – malasan hari ini karena hari ini merupakan hari pertamanya datang bulan. Biasanya, perutnya akan sakit, badannya pegal – pegal dan rasa malasnya meningkat.
Tapi sebelum itu, ia harus menyelesaikan tugas sekolah terlebih dahulu supaya kegiatan bermalas – malasannya tidak terganggu. Aira mulai membuka buku paket dan buku catatannya, kemudian ia mengisi soal satu persatu.
Setelah dua jam bergelut dengan soal, dering ponsel memutus konsentrasinya, menampilkan nama ‘Tuan Muda Mahesa’. Aira melirik buku catatannya, masih tersisa dua soal. Mungkin tidak masalah jika ia mengangkat panggilan video dari Mahesa.
“Kenapa chat gue gak dibales?”
“Aira lagi ngerjain tugas, Tuan.”
“Udah selse?”
“Masih sisa dua soal lagi.”
“Yaudah kerjain, tapi jangan dimatiin.”
Aira meletakkan ponselnya di pojok meja belajar. Layar ponsel menampilkan Mahesa yang sedang berbaring, sepertinya ia baru sampai.
Mahesa memperhatikan Aira yang serius mengerjakan tugas. Jika bukan karena perintah ayahnya, rasanya ia malas sekali harus berjauhan dengan Aira.
“Lo gak papa? Gak sakit perut?”
“Enggak Tuan, semoga aja enggak.”
“Yaudah kalo ada apa apa bilang ke gue,”
Aira hanya mengangguk sambil terus mengerjakan tugasnya. Tak lama kemudian Aira membereskan buku – bukunya dan menutup laptop. Dua soal tadi selesai dalam beberapa menit.
“Kalo udah selse tidur siang Aira, jangan main hp mulu,” Mahesa melihat Aira sudah berbaring di ranjang.
“Nanti Tuan, mau balesin chat dulu sebentar.”
“Gue kan lagi vc lo, lo balesin chat siapa? Genit ya gak ada gue.”
“Balesin chat temen – temen di grup, Tuan marah – marah terus.”
“Berani ya lo kalo jauh,”
“Ya kan emang gitu kenyataannya.”
“Gue gak bakal marah – marah terus kalo lo nurut.”
“Tapikan Aira nurut terus kok.”
“Pikun lo? Tadi gue bilang suruh tidur ga nurut.”
“Yaudah iya ini tidur,”
“Vcnya jangan dimatiin,”
Aira meletakkan ponselnya di meja nakas, kemudian memejamkan mata bersiap untuk tidur. Mahesa hanya tersenyum puas, ia berencana melanjutkan pekerjaan sambil memastikan Aira tidur.
-°°-
Aira tertidur cukup lama, ia terbangun satu jam yang lalu. Setelah mandi sore ia kembali berbaring di ranjang karena perutnya nyeri. Dering ponsel memecah keheningan, ternyata panggilan video dari Mahesa.
“Bangun dari tadi?” Diseberang sana terlihat Mahesa sedang duduk di kursi dengan memakai setelan formal.
“iyaa,”Aira menjawab dengan lirih.
“Kenapa? Perutnya sakit?” Aira hanya mengangguk.
“Makan gih, udah gue beliin obat sebelum berangkat. Gue taro dikotak obat lo di kamar.”
“Yaudah, Aira makan dulu ya Tuan,”
“Jangan dimatiin! Lo makan aja”
Aira hanya menurut, mengambil sepiring nasi dan lauk kemudian memakannya di dapur. Aira mengunyah sambil melihat Mahesa yang entah sedang melakukan apa dengan laptopnya. Sepertinya Mahesa masih di kantor, terlihat dari pakaian dan ruangannya.
“Makan yang banyak.”
“Gak mau nanti gendut,”
“Gak papa biar lo tambah montok hahaha,” Terlihat Mahesa tertawa diseberang sana, Aira mendengus kesal.
“Dasar mesum,” Tawa Mahesa semakin kencang mendengar ucapan Aira.
-°°-
Aira menatap bungkus makanan yang tergeletak di atas karpet kamarnya. Sebelumnya ia dikejutkan dengan kehadiran Abbas yang datang secara tiba – tiba. Abbas tidak memberi tahunya sama sekali, ia hanya datang dengan membawa banyak makanan yang katanya dari Mahesa kemudian langsung pergi.
Aira tidak berani memakannya sebelum mendapat konfirmasi dari Mahesa. Makanannya terlihat enak, namun sayangnya sepuluh menit berlalu Mahesa belum membalas pesannya. Aira mengutuk nafsu makannya yang meningkat ketika datang bulan.
Akhirnya setelah menunggu ponselnya menampilkan panggilan video dari Mahesa, Aira dengan cepat menggeser tombol hijau ke atas.
“Tuan, tadi Kak Abbas bawa makanan banyak.”
“Iya gue yang suruh, dia bawa apa aja?”
“Ada salad buah, roti bakarnya dua, martabak telornya dua, ayam goreng, es krim, coklat sama smoothies mangga. Tuan, ini banyak banget.”
“Perut lo masih sakit? Kalo udah gak martabak telornya satu kasih ke pos satpam sama roti bakarnya juga satu kasih ke Bi Ratna.”
“Itu aja, Tuan? Kalo martabak telornya dua – duanya dikasihin aja gimana?”
“Gue kan beli buat lo.”
“Kalo gak abis gimana?”
“Ya buat besok, yang dimakan yang gak bisa disimpen dulu-“
“Roti bakarnya tuh, lo kan doyan banget roti bakar.”
“Yaudah makasih ya, Tuan.” Aira tersenyum kecil.
“So so an nolak lo, emang gue gak tau kalo malem lo suka gragas.”
“Ya kan makannya tetep jangan kebanyakan biar gak gendut.”
“Gak masalah, gue lebih suka kalo lo montok,”
“Jangan ngomong kaya gitu, Tuan. Takut Nyonya denger kan gak enak.”
Aira memerah mendengar ucapan Mahesa. Sedangkan Mahesa hanya tertawa, Aira tidak tahu jika dari awal Amira dan Albert mendengar semua percakapannya.
Tbc
JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA
Jum'at, 2 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHESA
Teen FictionHanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menata...