CHAPTER 5 : Hoodie

121K 5.9K 64
                                    

HAPPY READING

-
-
-
-
-
-















Aira sudah cukup lama berdiri di depan pintu kamar Mahesa, ia berencana meminta izin pada Tuan Mudanya. Nanti malam ia ingin pergi menonton dengan teman – teman. Aira sudah mendapatkan izin dari Amira selaku Nyonya Rumah, sedangkan Albert masih di Belanda.

Aira menghela nafas, memang lebih mudah meminta izin kepada Tuan dan Nyonya dibandingkan dengan Mahesa. Jika tidak memikirkan ketenangan, lebih baik meminta maaf daripada meminta izin.

Sebelum Aira mengetuk pintu, ia terlebih dulu dikejutkan oleh Mahesa yang tiba – tiba membuka pintu. Mahesa mengangkat sebelah alisnya, tidak biasanya Aira muncul tanpa dipanggil.

“Kenapa?”

“Mmmm, Aira mau minta izin, Tuan-” Aira menjeda beberapa detik.

“Aira mau main sama temen – temen nanti malem, mau nonton ke bioskop.”

“Siapa aja?”

“Aira, Maya sama Sinta.”

“Jam berapa?”

“Nanti berangkat jam 7 pulang jam 12.”

“Beneran cuma bertiga kan?”

“Beneran kok, suwer.” Aira mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

“Nanti sebelum berangkat Aira bantu Tuan siap – siap dulu kok buat ke acaranya keluarganya Kak Lucas.”

“Oke.”

“Makasih, Tuan.” Mahes tersenyum miring melihat Aira berjalan riang menuju tangga.

Setelah punggung Aira menghilang, Mahesa mengambil ponsel dari saku celananya kemudian mengirim pesan pada seseorang.

-°°-

Aira memasangkan dasi dileher Mahesa seperti yang diminta Tuan Mudanya meskipun ia harus naik ke kursi kecil. Mahesa menatap wajah bulat kecil di depannya, Aira terlihat lucu dengan raut serius.

“Buat main ntar ada duitnya ga?”

“Ada kok, Aira udah siapin.”

“Nanti lo harus kirim foto kaya biasanya, inget ya bukan foto tempatnya tapi foto muka lo.” Aira mengalihkan pandangannya menatap Mahesa.

“Iya, Tuan. Aira inget kok.” Aira turun dari kursi kecil kemudian menyingkirkannya ke pojok ruangan.

Keduanya menuruni tangga kemudian menghampiri Amira yang juga baru saja selesai. Amira tersenyum melihatnya keduanya, Gemas sekali dengan hubungan keduanya.

“Aira jadi pergi main, nak?”

“Jadi Nyonya, abis ini Aira siap – siap.”

“Ada duit jajannya gak?”

“Ada kok, Nyonya.”

“Mau Ibu tambahin?” Amira sebelumnya memang sudah pernah meminta Aira memanggilnya Ibu, tetapi Aira tetap memanggilnya Nyonya.

“Gak usah Nyonya, makasih. Lagian cuma nonton aja kok, Aira masih ada uang.”

“Masih inget peraturannya?” Mahesa memotong percakapan mereka.

“Harus pake baju yang sopan, gak boleh pulang diatas jam 12, gak boleh silent handphone, harus secepatnya bales chat, kirim foto kalo pindah tempat, boleh rame – rame sama temen cowo asal udah diizinin dan gak boleh terlalu deket.” Mahesa tersenyum kecil kemudian mengelus rambut Aira.

“Pinter, gue sama Bunda pergi dulu kalo ada apa – apa cepet kabarin.”

“Siap, Tuan.”

Aira mengantarkan Mahesa dan Amira ke depan karena mobil yang akan membawa mereka sudah siap. Setelah mobil yang membawa keduanya sudah tidak terlihat, Aira masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap -siap.

Setelah selesai, Aira membuka ponselnya untuk mengirim pesan kepada teman – temannya. Namun ternyata Mahesa mengirimkan pesan.

Send a picture

Buat jajan mlm ini, klo kurang blg.

awas aja klo lo sampe macem – macem.
jgn dibalikin duitnya.


Tuaaaan, harusnya gak usah gapapa, aira
ada uang kok.

makasih ya tuan.

Pap


Send a picture


Mahesa belum membaca pesannya, mungkin dia sudah sampai di rumah Lucas. Aira mengambil tas kecil yang akan ia bawa dari atas tempat tidur. Kemudian keluar dan mengunci pintu kamar karena sebentar lagi Maya dan Sinta akan sampai.

-°°-

Aira tiba di rumah besar keluarga Mogens sebelum pukul 12 malam. Ia harus segera bersih – bersih sebelum Mahesa pulang supaya setelah membantu Mahesa bersih – bersih ia bisa segera tidur.

Setelah selesai bersih – bersih Aira berjalan menuju kamar Mahesa dan menyiapkan baju ganti. Kebetulan tak lama setelah itu pintu kamar terbuka, ternyata Mahesa baru saja sampai.

“Tuan, bajunya udah Aira siapin.”

“Bagus, hari ini lo nurut. Meskipun lo lupa gak pap lagi begitu sampe di rumah, tapi gak papa.” Mahesa mengalihkan topik.

Aira hanya tersenyum, Mahesa melangkahkan kakinya untuk mengambil sebuah paper bag.

“Nih buat lo, gue beli kekecilan.” Aira membuka sedikit untuk melihat isinya. Sebuah hoodie berwarna putih.

“Makasih, Tuan.”

“Makasih doang?”

“Tuan mau apa?”

Mahesa menarik Aira ke dalam pelukannya. Aira yang terkejut hanya diam saja, Mahesa selalu saja tiba – tiba. Jantungnya berdebar kencang, Aira yakin setelah ini wangi parfum Mahesa pasti menempel dibajunya. 

“Sana tidur, gak enak peluk lo boncel soalnya.”

Mahesa melepas pelukannya kemudian berjalan ke kamar mandi meninggalkan Aira yang kesal diejek boncel. Tapi tidak masalah, setidaknya untuk malam ini ia dapat hoodie baru.




BONUS


Aira membawa keranjang yang berisi pakaian kotor milik Mahesa, meskipun sedikit manja tetapi Mahesa cukup paham untuk menaruh pakaian kotor di keranjang cucian. Sesampainya di ruang cuci Aira memilih baju – baju yang sekiranya ketika dicuci tidak boleh dicampur.

Ada beberapa tambahan pakaian baru yang sepertinya dibeli Mahesa saat di Belanda. Namun, ada salah satu pakaian yang menarik perhatian Aira.

“Ini kan hoodie yang sama persis sama hoodie yang Tuan kasih ke aku, katanya beli tapi kekecilan.” Batin Aira.

Aira yakin sekali hoodie yang Mahesa berikan ada di dalam lemari pakaiannya. Aira jelas melihatnya tadi ketika ia akan mengambil baju ganti. Ukuran hoodie ini juga jelas lebih besar dari yang Mahesa berikan padanya. Kenapa Mahesa membeli dua hoodie ya?









Tbc








JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA


Minggu, 21 Januari 2024

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang