CHAPTER 3 : Sick

134K 6.6K 138
                                    

HAPPY READING

-
-
-
-
-
-

















Hari ini Mahesa akan ikut sang Ayah ke Belanda yang berarti untuk beberapa hari ke depan Aira terbebas dari Tuan Mudanya itu.

Aira dengan semangat memasukkan tas kecil berisi peralatan mandi Mahesa ke dalam koper. Mahesa yang melihatnya berdecak kesal.

“Seneng ya lo gue tinggal?” Mahesa berkata sambil bersedekap.

“Enggak kok Tuan, biasa aja,” Aira menjawab tanpa menoleh untuk menetralkan ekspresinya.

“Awas aja lo kalo macem-macem gue gorok lo,”

“Iya, Tuan.”

Setelah semuanya selesai, Amira dan Aira mengantarkan Albert dan Mahesa ke depan.

“Kalian baik – baik di rumah. Kalau ada apa – apa langsung hubungi Ayah ya, kita berangkat dulu.” Pamit Albert sambil mencium kening istrinya dan mengelus kepala Aira. Kemudian beliau melangkah masuk ke dalam mobil.

Mahesa memeluk ibunya setelah ayahnya berpamitan, kemudian berdiri didepan Aira.

“Inget selama gue gak dirumah jangan macem – macem, mata – mata gue ada dimana – mana.”

“Iya, Tuan.” Setelah Aira menjawab, Mahesa mengapit kedua pipi Aira.

“Iya – iya doang lo,” Mahesa menyusul Ayahnya masuk ke dalam mobil.

Amira yang melihat interaksi keduanya tersenyum. Ia tidak masalah jika nantinya Aira menjadi menantunya, yang ia khawatirkan hanyalah restu dari keluarga besar suaminya. Ia berharap semoga Aira mendapat keberuntungan untuk mendapatkan restu dari kakek Mahesa.

-°°-

Terhitung sudah 3 hari Mahesa berada di Belanda, selama 3 hari tersebut Aira menggunakan waktunya untuk sedikit beristirahat. Karena jika Mahesa berada di rumah, ia tidak bisa duduk dengan tenang dan fokus mengerjakan satu pekerjaan.

Aira melangkahkan kakinya dengan membawa keranjang berisi pakaian yang sudah ia setrika semalam. Rencananya pakaian itu akan ia masukkan ke dalam walk in closet.

Setelah membuka pintu kamar Aira dibuat kaget dengan melihat Mahesa yang sedang mengeringkan rambutnya.

“Tuan muda kok ada di kamar?” Tanpa sadar Aira bertanya dengan nada yang tinggi. 

Ia tidak menyangka melihat Mahesa di kamarnya. Amira juga tidak mengatakan apa – apa padanya. Jadi, kapan Tuan Mudanya ini sampai?

“Ga seneng lo gue pulang duluan? Siapin baju gue, gue ada ujian hari ini.”

Melihat Mahesa yang terlihat lelah dan sedikit pucat, tanpa banyak tanya Aira menyiapkan apa yang diminta Tuan Mudanya.

“Tuan, Aira siapin sarapan dulu ya,” Aira hendak pergi sebelum suara Mahesa menginterupsi.

“Jangan makanan berat, gue buru – buru. Lo siapin susu kotak aja sama roti selai.” Aira mengangguk kemudian keluar menyiapkan sarapan Mahesa.

-°°-

Pukul 5 sore motor sport yang dikendarai Mahesa memasuki halaman rumah. Amira yang mendengarnya langsung melangkahkan kaki menuju pintu utama.

“Kenapa gak bilang Bunda kalau Abang pulang?”

“Abang buru – buru Bunda.”

“Ayah juga gak bilang apa – apa sama Bunda, yaudah ke kamar langsung bersih – bersih dulu ya. Badan abang agak anget. Aira bilang juga tadi pagi Abang cuma makan roti ya?” Mahesa hanya mengangguk.

“Aira mana Bunda?”

“Ya ampun bang, Aira di dapur sama Bi Ratna. Tenang aja, dia gak bakalan ilang kok.”

Mahesa mengangguk, bukannya ke kamar ia malah berjalan ke dapur. Kebetulan ternyata hanya ada Aira di sana.

“Tuan Muda udah pulang? Mau Aira siapin air hangat?”

Mahesa hanya mendekat kemudian membawa tangan Aira ke pipinya. Berniat memberi tahu Aira kalau ia demam.

“Oh … demam ya? Mandi dulu pake air hangat ya? abis itu Aira buatin sup terus minum obat.” Aira tersenyum sambil mengusap rahang Mahesa.

Aira langsung mematikan kompor lalu berjalan menuju kamar Mahesa. Mahesa mengikuti dari belakang sambil memegang belakang baju Aira. Huft, sepertinya malam ini akan repot mengurus bayi beruang.

-°°-

“Satu suapan lagi, nah pinter.”

Aira meletakkan mangkuk kosong pada nampan disebelahnya. Membuka bungkus obat lalu melarutkannya dengan air.

“Sekarang minum obat dulu ya. Aaaa ….” Mahesa langsung membuka mulutnya.

Aira bingung dengan respon Mahesa, tidak biasanya ia langsung menurut saat disuruh minum obat. Ya sudahlah, mungkin Mahesa memang sedang tidak bertenaga.

“Sekarang tidur ya, biar besok mendingan.” Aira menarik selimut sebatas dada Mahesa. Saat hendak pergi, Mahesa menarik tangannya.

Sepuluh detik berlalu, Mahesa tidak mengatakan apapun. Aira juga diam karena bingung, mencoba menebak apa yang diinginkan Mahesa.

“Kenapa? Kan makan udah, minum obat juga udah. Mau dipijitin?” Mahesa membawa tangan Aira ke punggungnya.

“Mau diusap – usap punggungnya?” Mahesa hanya mengangguk.

Seperti inilah kelakuan bayi beruang didepannya jika sedang sakit. Banyak mau, tapi tidak mengatakan dengan jelas apa maunya.

Terkadang Aira gemas sendiri, namun mewajarkan karena sewaktu kecil Nyonya dan Tuan Mogens hanya sedikit meluangkan waktunya untuk Mahesa. Mereka mempercayakan Mahesa kepada Bi Ratna, Aira dan Ibunya.












Tbc















JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YAAAA

Rabu, 17 Januari 2024

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang