CHAPTER 8 : Holiday

110K 5.6K 27
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
-




Mahesa menatap tidak suka pada Aira yang sedang mengemas pakaiannya dalam koper kecil. Padahal, dia sendiri sudah ditunggu teman-temannya di ruang tamu. Namun yang ditunggu dengan tidak tahu dirinya malah diam memperhatikan Aira dengan raut cemberut.

Aira sadar Mahesa tengah merajuk, namun kapan lagi Nyonya Amira dan Tuan Albert akan membelanya seperti kemarin. Mahesa sempat melarang Aira pergi berlibur, namun orang tuanya membela Aira dengan alasan dia juga butuh hiburan.

Mahesa merajuk dengan mengancam akan pergi bersama teman-temannya berlibur ke luar negeri dan bolos kuliah. Ia menggunakan cara tersebut karena tahu Aira akan merasa bersalah dan Albert tidak suka jika ia membolos. Namun sepertinya cara ini tidak berhasil, karena Aira tetap akan pergi dan kembali dua hari lagi.

"Tuan kenapa masih disini? Udah ditungguin loh di depan."

"Udah mulai ngatur-ngatur ya lo sekarang." Aira hanya menghela nafas.

"Tuan, kenapa? Nanti Aira beliin oleh-oleh deh."

"Gue gak mau oleh-oleh." Selalu seperti itu, Mahesa selalu bilang tidak mau oleh-oleh, tetapi nanti pasti akan menanyakannya ketika ia pulang.

"Tuan juga mau jalan-jalan loh, malah ke luar negeri. Disana pasti lebih banyak tempat bagus."

Mahesa hanya diam saja dengan raut wajah yang masih cemberut.

"Lagian Aira perginya ke Bali, ga yang kemana-mana. Perginya juga jelas sama temen-temen. Ada keluarganya Maya juga yang ngawasin." Aira berkata sambil mendekat ke arah Mahesa.

Mahesa langsung menarik Aira dan menenggelamkan wajahnya diperut Aira. Aira hanya diam sambil mengusap rambut Mahesa.

"Udah ya, gak enak kalau ada yang lihat." Mahesa menggelengkan kepalanya.

Beberapa menit setelahnya tiba-tiba Mahesa berdiri memeluk erat tubuh mungil Aira, kemudian tanpa disangka Mahesa mengecup singkat pipinya. Aira sangat terkejut, kali ini benar-benar terkejut.

-°°-

Mahesa menatap ponselnya dengan alis berkerut, meneliti sosok pria yang yang ada didalam foto. Sepertinya pria ini salah satu bagian dari keluarga Maya.

Mahesa mematikan rokoknya dan berjalan menuju balkon. Meninggalkan Lucas dan Abbas yang saling melirik satu sama lain. Mereka tahu pasti Mahesa hendak menghubungi Aira, entah itu telfon atau video call. Sudah sering terjadi ketika mereka pergi liburan seperti ini.

"Halo, Tuan."

"Hm, dimana sekarang?"

"Udah di villa keluarganya Maya. kenapa, Tuan?"

"Sampe lo deket-deket sama cowo lain gue seret lo pulang."

Mahesa mengakhiri panggilannya kemudian kembali masuk ke dalam.

"Sepet banget mukanya, kenapa?"

"Lo mau kita nyusul ke Bali? Ayo-ayo aja gue mah." Abbas memberikan saran. Sudah bisa menebak pasti tidak lain Aira penyebabnya.

"Nyokap udah bilang jangan ganggu dia, katanya gue gak boleh terlalu posesif."

"Bener si, nanti dia malah kabur yang ada."

"Tapi kalo cewenya kaya Aira, serba salah sih. Gak diposesifin nanti banyak yang ganggu, posesif juga gak bisa nanti dia gak nyaman."

"Liburan kita dua hari aja. Aira pulang, kita pulang."

Lucas dan Abbas hanya mengangguk, kemudian Mahesa kembali sibuk dengan ponselnya. Meneror Aira dengan pesan-pesan bossy entah meminta Aira mengirim foto selfie berkedok laporan atau hanya sekedar meminta untuk segera membalas pesannya.

-°°-

Aira terkejut ketika melihat Mahesa sudah ada di kamarnya, pantas saja pintu kamarnya tidak terkunci. Padahal ia yakin sudah menguncinya sebelum berangkat.

"Loh? Kok Tuan udah pulang?" Aira langsung meletakkan kopernya didepan lemari.

"Sengaja ya lo gak bilang kalo ada cowoknya?" Bukannya menjawab, Mahesa langsung menodong Aira dengan pertanyaan.

Aira paham maksud Mahesa, pasti Mahesa mengetahuinya dari foto yang ia posting di akun Instagramnya. Disana ada Sinta dan keluarga Maya yaitu Ayah, Ibu dan Kakak laki-lakinya.

"Kata Tuan besar sama Nyonya gak papa, lagian dia kan kakaknya Maya. Bukan orang lain kan."

"Sekarang udah mulai gak nurut ya lo."

"Ya udah, maaf ya, Tuan."

Jangan sampai Mahesa merajuk, ia akan berkali-kali lipat menyebalkan ketika merajuk, bisa seharian penuh ia menjadi bayi beruang pemarah.

Aira mengambil paper bag yang ada diatas kopernya, kemudian menyerahkannya pada Mahesa. Meskipun masih dengan raut jengkel, Mahesa tetap menerimanya.

"Buat baby bear biar gak marah-marah terus."

Raut wajah Mahesa sudah tidak cemberut lagi, artinya kali ini Aira selamat.

"Bersih-bersih, abis itu langsung ke kamar gue ambil oleh-oleh." Mahesa mengatakannya sambil melangkah keluar.

Aira hanya tersenyum geli melihatnya. Meskipun suka marah-marah, Mahesa tetap mengingatnya. Hal-hal kecil seperti ini yang terkadang bisa menjadi pupuk untuk perasaannya sendiri.














TBC
-
-
-
-
-
-






Jangan lupa untuk vote dan komen ya temen-temen, terimakasih sudah membaca.

Rabu, 17 April 2024

MAHESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang