Salam Pembuka

291 30 18
                                    

Jumpa lagi dengan perempuan asal tanah kelahiran Kartini, yang katanya tak pernah terdengar bersuara, padahal amat berisik bila bertemu yang sefrekuensi. 

Cerita kali ini, aku pastikan akan selesai dalam waktu yang tidak singkat karena isinya yang cukup--kuusahakan--detail. Jadi, kalau kamu tipe yang tidak sabar membaca cerita on going, kusarankan timbun dulu cerita ini dalam perpustakaan masing-masing.

Sebagai pengingat, tidak akan jauh berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Wadah yang penuh tidak akan bisa menampung sesuatu yang baru, jadi kosongkan terlebih dahulu isi wadah kalian, dan mari saling mengisi untuk yang kesekian kali.

Kesempatan memberikan kritik dan saran selalu dibuka selebar-lebarnya, dengan catatan harus objektif dan menguasai argumen yang disampaikan (tentu aku bukan tipe orang yang asal iya-iya saja tanpa diberi alasan dan argumen jelas).

Hatta, untung aku tidak lupa.  Beberapa karakter kubuat bar-bar dengan cara bicara dan gaya bahasa sedikit kasar dalam beberapa bagian, jadi ... jangan diambil hati, ambil saja bagian baik-baiknya.

So, selamat membaca, semoga mendapat manfaat daripadanya.

-o0o-

Jepara, 19 Januari 2024

Amaranteya

Re-DefineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang