~HAPPY READING~Mengikuti semua babak kejutan selanjutnya dari semesta.
***
Author pov.
Tapak demi setapak dia melangkahkan kakinya berjalan kepada salah satu gundukan tanah yang sudah lama tak lagi ia kunjungi. Rumah terakhir bagi semua penduduk bumi yang sudah berpulang.
Sesaat dia terdiam menatap lama nama yang terukir indah pada batu nisan hingga beberapa saat setelahnya air mata keluar tanpa diminta. Arsan menangis. Lutut nya melemah terjatuh duduk atas tanah dengan keadaan netra yang basah. Dia meraba gundukan itu lalu menangis terisak tak dapat ditahan. Seperti pisau yang terasah tajam menusuk dadanya begitulah yang Arsan rasakan saat ini.
"Apa yang sudah aku lakukan, Ana.. " Nama yang sudah lama tidak lagi ia panggil kini kembali keluar dari mulutnya.
Ana ialah panggilan Arsan kepada mendiang Liana, ibu daripada dua putranya Kenan dan Agasta.
"Aku bukan hanya gagal untuk kamu, aku juga gagal untuk anak-anak kita, Ana. Dan ini dosa yang harus ku tanggung sendiri, "
"Sungguh aku tidak mau kehilangan dia Ana tolong jangan ajak Aga pergi, aku tidak mau itu terjadi.... "
"Maafkan lelaki pengecut ini Ana, maaf."
Waktu mengubah segalanya. Permainan takdir Tuhan tidak ada yang tahu karena kita hanya manusia biasa. Takdir selalu menutupi diri dari pemiliknya karena jika ia memperlihatkan kenyataan mungkin semua orang memilih untuk tidak akan lahir ke dunia ini.
Arsan hanya salah satu dari banyaknya contoh manusia yang gagal dengan kisah kehidupannya.
Lelaki itu mendonggak menatap awan yang tampak menggelap. Sepertinya sebentar lagi langit akan menurunkan hujan. Dia pun meletakkan mawar putih diatas pusara Liana lalu berdiri dan pergi dari sana.
****
Malam yang panjang dengan hujan yang tak mau kunjung mereda. Walaupun begitu suasana ibukota tetap riuh dengan banyak suara kendaraan yang bermain diatas aspal hitam jalanan raya. Agasta melajukan motor bersamaan pengendara lain. Cowok itu tidak ada niat untuk menepi untuk meneduh, dia menerobos ingin pulang. Beberapa jam lalu Agasta mengantarkan Lea kemudian setelahnya memilih menginjak masuk ke markas BlackSky. Fathur sempat menghalang tidak membiarkan lelaki itu pergi dalam keadaan cuaca hujan lebat seperti ini namun Agasta keras kepala tetap ingin pergi.
Akhirnya beberapa menit kemudian Agasta sampai dirumah. Ia segera melepaskan helmnya lalu melangkah jalan masuk ke dalam.
"Aden Aga udah pulang?" Tanya Bik Inah tak sengaja lewat di ruang tamu dan melihat anak majikannya itu pulang. Terlebih lagi yang menarik perhatian adalah wajah laki laki itu yang terlihat pucat dalam keadaan tubuh basah kuyup kehujanan.
Langkah Agasta terhenti dan berbalik menatap Bik Inah. "Iya bik, Aga masuk kamar dulu" Katanya lalu melanjutkan masuk ke dalam kamar.
Agasta meletakkan tasnya diatas sofa kemudian segera menggantikan pakaiannya yang basah. Tak lama ia kembali dari kamar mandi setelah selesai namun ketika Agasta hendak merebahkan diri tiba tiba hidungnya mengeluarkan darah. Mimisan lagi. Cowok itu langsung menarik tisu untuk membersihkan seraya tak lupa mendonggak agar darahnya berhenti keluar. Agasta sudah biasa dengan semuanya, ia juga tidak pernah menyalahkan siapapun atas takdir jalan hidup yang tak di inginkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY UNIVERS.
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Lea zatta alanty siswi pindahan yang baru beberapa bulan menapaki SMA merahputih. Cantik, suka permen, mudah bergaul itulah lea. Namun dipertemukan dengan Agasta pratama viduga ketua geng blacksky. Dialah aga laki laki...