BAGIAN 49. BARANG BUKTI.

88 5 0
                                    


~HAPPY READING~


Author pov.

Sesekali Lea melirik ke arah jam di dinding, masih jam sepuluh pagi. Gadis berpenampilan pakaian rumahan itu mencepol surai panjangnya asal lalu melangkah keluar dari kamar ketika mendengar suara motor masuk ke halaman rumah.

Itu mbak Wati.

Perempuan berusia 20an itu mengangkat kantong belanjaan yang baru ia beli di pasar sebelumnya.

Lea tersenyum senang bertemu mbak Wati kemudian ikut membantu membawa kantong belanjaan satunya lagi. Seperti yang kemarin bundanya bilang makan siang untuk ayahnya akan di masakan oleh mbak Wati. Sementara gadis itu bertugas mengantarnya kerumah sakit nanti siang.

"Mbak aku bantu ya."

"Boleh." Mbak Wati tidak melarang jika Lea ingin membantu pekerjaannya. Hitung-hitung agar gadis itu bisa belajar memasak ia tidak masalah.

Disela sela memotong sayuran Lea menyempatkan diri bertanya tentang pekerjaan mbak Wati di restoran. "Mbak gimana kerjanya di resto itu? Enak nggak?" Tanya gadis itu.

Mbak Wati menggelengkan kepalanya."mbak udah nggak kerja lagi di resto. "

"Loh kenapa? Bukannya kemarin kemarin mbak senang banget keterima kerja disana." Lea sangat ingat bagaimana girangnya mbak Wati saat diterima kerja di restoran impiannya itu.

Perempuan itu menghela nafasnya lalu tersenyum menatap Lea. "Ada masalah, Le. Makanya mbak keluar tapi mbak sekarang ini mbak coba cari kerja lagi kok."

Lea terdiam.

"Aku kagum sama mbak Wati yang rela kerja sana sini buat cari uang kuliah terus juga buat orang tua mbak yang lagi sakit." Ujar gadis itu tersenyum karena baginya mbak Wati adalah perempuan yang pantang menyerah. Dia selalu mensyukuri segala sesuatu walaupun dalam bentuk hal kecil, ia akan menerima dengan dada lapang. Lea banyak belajar darinya.

Kita harus menghargai setiap perjalanan hidup kita karena jika bukan diri sendiri siapa lagi, mereka bukan kita dan begitu juga sebaliknya. Jadi hargailah dan ekspektasikan segala usaha yang sudah terlalui.

"Mbak Wati hebat. Jangan nyerah ya kuatin lagi bahunya." Lanjutnya lagi memberi semangat.

"Kamu juga." Balas Mbak Wati seraya terkekeh.

Keduanya kembali melanjutkan aktivitas memasak. Entah jam yang berputar terlalu cepat ataukah mereka yang tidak sadar karena terlalu asik berbicara ternyata waktu sudah memasuki siang. Mbak Wati menyuruh Lea kembali ke kamar agar bersiap-siap mengantarkan makan siang untuk ayahnya.

Lea keluar dari kamar mandi dengan mengenakan dress selutut berwarna hitam. Gadis itu mengingkat rambutnya karena cuaca diluar sangat terik. Seperti perempuan kebanyakan ia juga sedikit memoleskan wajahnya dengan make up. Tipis-tipis saja tidak usah tebal. Lea memiliki wajah yang natural saja sudah cantik apalagi dengan penampilannya sekarang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY UNIVERS. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang