.
.
.
Seorang gadis yang tadi pagi membuat keributan di area sekolah karna berkelahi dengan sahabatnya kali ini sedang duduk menenggelamkan kepala pada lipatan tangannya.Kenapa semesta menjadi sejahat ini?
Baru saja beberapa waktu lalu dirinya terseret ombak karna mendapati fakta bahwa seseorang yang dicintainya yang ternyata beda agama dengannya.
Kali ini dirinya bagaikan terbawa gulungan ombak karna kejadian pagi tadi.
Mood yang sejak berangkat sekolah sudah bueuk sekarang ditambah buruk karna kejadian beberapa waktu lalu.entahlah untuk sekedar bernafas saja Freesya malas.
Kali ini dirinya tidak duduk sebangku lagi bersama Lisha dan pindah bersama Aurora.walau begitu jarak tempat duduk mereka masih saling berhadapan karna sekarang Freesya yang berada di bangku paling pojok sementara Lisha di depannya.
Walaupun bunyi bel istirahat telah berbunyi lima menit lalu masih ada beberapa teman sekelasnya yang tidak keluar untuk ke kantin atau ke toilet.
Lisha yang menyibukkan untuk membaca novel,Hilya dan Aurora yang saling pandang dengan bola mata yang saling berbicara sementara Freesya menelungkupkan wajahnya pada satu lipatan tangan dan satu tangan lainnya ia gunakan untuk menekan perut bagian bawahnya yang tiba-tiba terasa sakit.
Aurora dan Hilya masih sama-sama beradu pandangan.
"Sya,sha"hingga akhirnya mereka berdua memanggil bersamaan.
Yang dipanggil hanya berdehem singkat tanpa bergerak dari posisinya masing-masing.
"Coba deh lo dua cerita sama kita,siapa tau kita bisa bantu"ucap Aurora hati-hati.
"Ho'oh rek,sebenere koe podo ki kenang ngopo?nyapo dadi ngene?"tanya Hilya.
"Tanya aja sama tuh bocah"balas Falisha dengan malas.sementara Freesya mengangkat tubuhnya dan duduk tegap menatap sinis sahabatnya.
"Temen lo berdua tuh,udah tau ngga sanggup nanggung beban sendiri pake sok-sokan kuat!"ucap Freesya.
Falisha mengangkat pandangan saat menunduk membaca novel,mereka berdua saling beradu pandangan.
"Nyong arep koe pada cerita bukane gelud maning ngene ki"Hilya memijat pelipisnya yang tampak pusing melihat keduanya.
"Berawal waktu malem tahun baru"ucap Freesya memulai bercerita"pas gue ke toilet disana ada tu bocah lagi nangis-nangis,gue tanya kenapa dan dia bales kalo orang tuanya mau pisah,gue cuma bisa tenangin dia dan beri semangat.abis itu gue ngga tau kelanjutan ceritanya karna emang tu bocah sok-sokan bisa kuat sendiri jalanin masalah"lanjut Freesya masih beradu tatapan dengan Falisha.
"Lo ngga pernah cerita tuh sama kita-kita"ucap Aurora diangguki Hilya.
"Ya gini kalo orang gabisa terbuka sama kita-kita.lo sebenernya anggep kita itu apa si sha?kalo lo ngga kuat ada gue!ada gue yang bakal dengerin keluh kesah lo dan ngasih semangat di sisi lo"tegas Freesya membuat Aurora dan Hilya berdehem singkat.
"S-sebenernya,sebenernya gue juga punya masalah yang ngga kalian tau"lirih Aurora.
Freesya mengalihkan pandangan dari Lisha pada Aurora.mimik wajahnya sulit ditebak.
"Nyong yo ono masalah seng gak koe podo ngerti"sahut Hilya.
Freesya menghembuskan nafasnya lelah.jadi didalam circlenya tidak ada yang saling terbuka?
"Udah cukup,jadi orang-orang dalam hidup gue isinya seseorang yang nggak saling jujur?haha"ucap Freesya diakhiri tawa hambar.
Jadi dalam pertemanan mereka hanya dirinya yang selalu terbuka dan mencurahkan isi hatinya dan bercerita random pada seseorang yang ternyata menyimpan banyak luka?