.
.
.Ditemani gelapnya malam dengan penerangan yang ditimbulkan cahaya bulan purnama menemani Alvano dan Freesya yang masih terus melangkah entah kemana langkah mereka membawanya pergi.
Yang jelas mereka berdua sudah melangkah sangat jauh dari tempat sebelumnya.
"Fyuhhh"Freesya menghembuskan nafas lelah.gadis itu berhenti sejenak untuk mengisi pasokan oksigen yang menipis,Alvano masih senantiasa disamping gadisnya tanpa berpisah sedetikpun.
"Capek?"tanya Alvano menggapus buliran keringat yang berada di kening gadisnya.
Freesya mengangguk singkat.
"Kita istirahat dulu gimana?besok kalo udah siangan kita lanjutin jalannya?"tawar Alvano yang hanya dibalas anggukan oleh Freesya.mungkin gadis itu sudah terlalu lelah?
Alvano dan Freesya berjalan dan mendudukkan tubuh mereka pada akar pohon dengan ukuran yang sangat besar,menyenderkan punggung mereka pada batang pohon.
"K-kak?"panggil Freesya membuat Alvano seketika menatapnya.
"Lo ngga mau gitu minta maaf atau jelasin ke gue alesan lo ngga jujur kalo kita beda?"tanya Freesya membuat Alvano seketika diam membisu.
Mungkin sekarang ini situasi yang tepat untuk membicarakan hal demikian.
"Maaf,aku minta maaf queen!selama ini aku udah kecewain kamu,buat kamu sakit hati,bohongin kamu.pada saat itu pikiran aku bener-bener buntu,aku pengen jujur sejak awal tapi selalu ada hal yang menghalangi entah apa itu"ucap Alvano menundukkan kepalanya.
"Kenapa nggak dari awal aja lo jujur sebelum gue tau di akhir saat gue udah sesayang itu sama lo?gue bingung harus mengekspresikan kayak gimana.gue sedih,gue kecewa,gue sakit hati waktu denger kenyataan kalo kita beda agama"lirih Freesya menahan rasa sakit didalam rongga dadanya.
"Seenggaknya kalo lo ngga mau jujur sama gue lo juga harusnya nggak ngasih perasaan lebih sama gue!"lanjut Freesya.
"Maaf,aku sayang sama kamu queen"ucap Alvano dengan suara seraknya.
"Gue tau,gue tau kalo gue bukan siapa-siap lo,gue cuma orang asing yang seenaknya masuk kedalam hidup lo makannya lo dari awal nggak jujur sama gue!"
"Kamu seseorang yang berarti bagi aku,kamu satu-satunya orang yang bisa ngebuat aku bertahan hidup sampe detik ini.maaf,aku bener-bener nyesel karna dari awal udah bohongin kamu.aku cuma ngga mau kamu jauhin aku karna tau hal ini,tapi mau aku jujur atau enggak sekalipun kita ngga bakal bisa bersatu"sahut Alvano meraih kedua telapak tangan Freesya yang terasa dingin kemudian ia kecup dengan lama.
"Apa sesulit itu kalo gue minta lo buat terbuka?"tanya Freesya.
Bunyi jangkrik dan burung hantu mengudara,kesunyian terjadi beberapa detik.
"Enggak,aku janji buat selalu terbuka sama kamu,masalah apapun itu"ucap Alvano dengan sungguh-sungguh.
"Bahagianya perempuan itu sederhana kak,jangan pernah bohongi dia sekecil apapun perkara itu!"beritau gadis itu tersenyum tipis.
"Sekarang kalo gue tanya sesuatu apa lagi yang lo sembunyiin,lo bakal jawab jujur?"lanjut Freesya
Alvano mengangguk"aku punya satu hal lagi yang masih belum kamu tau"