.
.
.Sunyinya malam telah berganti dengan aktivitas pagi yang dilakukan mahluk hidup.sama halnya dengan satu keluarga yang sedang berkumpul di ruang makan untuk sarapan bersama di pagi yang cerah ini.
"Bang?"panggil Freesya menelan suapan makanannya.
Langit mengangkat sebelah alis tanpa menatap sang adik.
"Nyapo nek esuk howone esih seger?"tanya Freesya membuat Langit menatapnya begitupun dengan Adinata dan Natasha.
"Merga wong munafik hurung tangi!"jawab Freesya mendahului Langit yang sudah membuka mulutnya hendak berucap namun berakhir ditelan kembali.
"Y"singkat Langit.
"Bang?"panggil Freesya lagi.
"Hmm?"balas Langit tak minat dengan pembicaraan samg adik.
"Gajadi"putus Freesya duduk menyamping dan menatap kedua orang tuanya yang juga sedang menatapnya.
'gaje banget lo sat!' batin Langit menatap adiknya sinis.
"Mah,pah.adek mau cerita"ucap gadis itu pada keduanya.
"Apa?"kompak Adinata dan Natasha.
"Aku punya orang spesial setelah kepergian kak alex,dia baik,perhatian,selalu ngingetin aku buat ibadah,ngingetin buat jangan bilang kasar,ngingetin aku buat kurangin makan pedes,kita juga saling mencintai!tapi kenapa ya semesta nggak ngizinin kita buat bersama?"ujar Freesya menopang dagu menggunakan kedua tangannya.
"Karna dia anak tuhan lo hamba allah!"serobot Langit membuat Adinata dan Natasha kompak melebarkan kedua mata menatap sang anak.
"Ikut campur aja lo!"sinis Freesya.
"Bener dek?"tanya Natasha memastikan dan dijawab anggukan oleh sang anak.
"Ya gitu deh mah,disuruh belajar agama malah kecantol sama yang beda agama!"seru Langit lagi.
"Apasi gak diajak kok nyambung-nyambung!"ucap Freesya.
"Dek,perempuan muslim kalo butuh imam nyarinya di masjid.kenapa ngelirik ke gereja?"tanya Natasha membuat Freesya seketika dihantam kenyataan.
"Inget,pastor gabisa jadi imam!"lanjut Langit.
"Y-ya minta dia pindah agama,belajar agama islam biar bisa jadi imam aku"ucap Freesya ragu-ragu.
"Kalo dia udah pindah agama abis itu kalian ternyata ngga berjodoh kamu bisa apa?"
"Kamu juga ngga mikirin dia gimana nantinya?ngga kasian sama dia?gimana kalo dia di benci sama keluarganya?"lanjut Natasha bertanya.
"Sama,aku juga bingung!kalo jodoh di tangan tuhan tapi tuhanku atau tuhannya?"monolog Freesya menundukkan kepala.
"Cinta beda keyakinan gabakal bisa disatukan dek!"ujar Adinata.
"Tapi,kenapa yang beda agama jauh lebih tulus?tapi sayang,terhalang tembok tinggi"ucap Freesya menahan dengan sekuat tenaga rasa sesak yang menjalar di rongga dadanya.