13. Tempat peristirahatan terakhir

373 20 0
                                    

Assalamualaikum semua
Kabarnya gimana? semogga sehat selalu ya

  karena saya lagi proses menulis mohon bantuan nya ya. Tolong tandain kalau misal ada typo. Saya fokus ke selesai nya cerita ini dulu. Nanti setelah selesai baru saya periksa lagi, Jadi harap dimaklumi

klik bintang yang ada di bawah dan comment, biar author makin semangat melanjutkan di bab berikutnya.

Terimakasih yang sudah sukarela mengklik bintang nya, semogga kamu selalu dalam lindungan Allah dan semogga sehat selalu jasmani maupun rohani nya.

Author mengucapkan terimakasih yang udah selalu setia menunggu cerita ini update
dan selalu setia vote dan comment ❤️

"Allahumma solli ala sayyidina muhammad 💚 jangan lupa perbanyak sholawat yaww"✨


"Aku memang tak sebahagia orang lain, tapi orang lain belum tentu sekuat aku."

"Kenapa teriak-teriak?"Tanya Bintang.

"Astra bang! badannya panas dia ngigau,"Ucap Adira panik. Bintang bergegas ke kamar Astra diikuti oleh Rendra dan Adira.


"Ibu jangan pergi! Astra gak mau ditinggal ibu!" Ucapnya sembari menitihkan air mata. namun matanya masih terpejam.

"Ya Allah dek badan kamu panas banget,"Ucap Bintang memegang kening Astra.

"Ini bang coba di kompres dulu,"Ujar Adira menyerahkan air yang ada di mangkuk. Bintang segera mengompresnya.

"Berat banget ya dek ditinggal ibu?"Tanya Bintang menatap sendu ke Astra yang sedang berbaring.

"Sabar ya bang,"Ucap Rendra

"Gue udah cukup sabar Rend, asal lo tau itu! jadi gue itu berat Rend, tapi gue harus tetap kuat di depan semua orang termasuk Astra. gue berharap suatu saat nanti Astra bisa menemukan  pasangannya yang bisa bahagiain dia,"Ucap Bintang menitihkan air mata.


"Bang,"Ujar Astra yang sudah bagun, ia memegang kepalanya yang sedikit berdenyut, efek baru bangun dari pingsannya.

"Astra... kamu udah bangun? apa ada yang sakit?"Tanya Bintang dengan cemas.

Astra menggeleng "Ibu mana bang? apa udah di bawa ke tempat peristirahatan?"Tanya Astra sendu.

"Belum. sebentar lagi akan dibawa. kamu harus ikhlasin ibu. ibu milik Allah seutuhnya, takdir gak bisa di ubah,"Ujar Bintang mengelus kepala Astra.

Astra mengangguk, menahan air mata agar tidak jatuh, menahan air mata agar tidak jatuh itu sulit. apalagi kehilangan sosok ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan cinta.


ceklek

"Astra, bintang kalian mau ikut ke pemakaman? jenazah ibu mau dibawa sekarang,"Ujar Arka melihat kedua anaknya. ada rasa sedikit iba ke Astra karena melihat anaknya sangat terluka kehilangan ibunya, ingin sekali Arka memeluk gadis yang sedang rapuh. namun gengsinya terlalu tinggi, setelah mengatakan itu Arka pergi keluar.

"Astra lo mau ikut ke pemakaman?"Tanya Adira

"Gue pengen nganterin ibu ke tempat peristirahatan,"Ucapnya.

"lebih baik lo di rumah aja, kondisi lo seperti ini!"Ujar Rendra.

"Bener tuh! badan lo masih panas Astra, lebih baik di rumah aja sama gue,"Ucap Adira

"Bang Astra ikut ya,"Ucap Astra memohon.

"Tapi janji gak bakalan nangis lagi dan ikhlasin kepergian ibu?"

"insyaallah bang,"Ucap Astra




****





Di tempat pemakaman jenazah Gressa, kini menyisakan Arka, Astra, Bintang, Rendra dan Adira. sementara pelayat yang lain sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. kepergian Gressa meninggalkan bekas luka yang sangat menyiksa. seperti ada yang hilang di benak mereka, sosok yang selalu memberikan warna ke Astra kini telah pergi untuk selamanya.

Astra sejak tadi menumpukan kepalanya di nisan bertuliskan nama Gressa Adhara. dia yang paling terpukul oleh kepergian ibunya, Gressa yang selalu ada untuk Astra kini sudah pergi jauh.

"Nggak ada ibu...rasanya hampa,"Bintang memejamkan matanya, bersamaan dengan lelehan air mata yang meluncur dari kedua sudut matanya. bibir cowok itu bergetar dan terlihat pucat.

"Maafin Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik untuk kalian... Ayah gak bisa nenangin kalian," Ujarnya dalam hati.

Sungguh, saat ini perasaan Arka sangat hancur. seorang Arka yang biasanya tidak peduli pada keadaan sekitar, kini terlihat sedih karena kepergian istrinya.

"Kalian tau?" Ibu selalu ada buat Astra! Ibu segalanya buat Astra... Ibu yang aku butuhkan di saat Ayah selalu marah-marah, ketika ayah marah disitulah ada ibu,"Ucap Astra menangis tanpa henti.

Arka hanya terdiam membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata yang terucap di bibirnya.

"Ikhlasin, ibu lo bakal sedih kalo ko kaya gini!"Ujar Rendra.

"Gue gak bisa ikhlas,"Ucapnya memeluk batu nisan.

"Astra ikhlasin ya,"Ucap Adira mengelus bahu Astra.

"Jangan sedih masih ada Abang,"Ujar Bintang memeluk Astra, berharap bisa menenangkan adiknya dan bisa menguatkan Astra. air mata terus mengalir dari kelopak mata.


"Jangan sedih lagi. ayok kita pulang,"Ajak Bintang mengelus bahu sang adik tercintanya.








                               

ASTRA ADHARA TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang