"Geneya lunga padha Danen ora ngomong dhisik padha mas de?"(Kenapa pergi sama Danen gak bilang dulu sama mas de?) Tanya Rendra setelah memasuki rumahnya.
"Geneya kudu ngomong dhisik? kan danen kanca awake dhewe mas, ora ndean dheweke macem-macem padha Anza?"(Kenapa harus bilang dulu? kan Danen temen kita mas, gak mungkin dia macem-macem sama Anza)
"Kowe ora ngerti Danen! sanadyan dheweke kanca masa cilik awake dhewe, saiki wis seje de! aja cedak karo dheweke! mas ora remen de!"(Kamu gak tau Danen! walaupun dia teman masa kecil kita , sekarang udah beda! jangan deket sama dia lagi ! mas gak suka de!)
"Mas Danen namung ajak aku ndeleng karo mangan wae mas ora luwih saka iku."(Mas Danen cuma ajak aku nonton sama makan aja mas gak lebih dari itu)
"Sesuk-sesuk ndeleng karo mas wae aja karo dheweke! mas ora gelem kowe cedak karo dheweke, dheweke iku playboy! aja nganti kowe kabeh pacaran, mas ora gelem kowe disakitin karo dheweke!"(besok-besok nonton sama mas aja jangan sama dia! mas gak mau kamu deket sama dia, dia itu playboy! jangan sampai Kalian pacaran, mas gak mau kamu disakitin sama dia!)
"Nanging mas danen ora ngono mas."(Tapi mas Danen gak gitu mas)
"Nurut karo mas ya de."(Nurut sama mas ya de) Amira menunduk, dia segera menaiki tangga menuju kamarnya. hatinya sedikit terluka karena harus menjauhi Danen, padahal baru beberapa jam mereka menjalin hubungan. namun sekarang ia harus berjauhan.
Amira segera membersihka badannya yang sudah lengket. setelah selesai membersihkan badan, dia segera turun membantu Ellen menyiapkan makanan "Anza?"
"Iya um. kenapa?"
"Kamu gak menjaga jarak sama Danen?"Tanya Ellen.
"Anza masih sama seperti waktu kecil um. Anza gak bisa menjaga jarak sama Mas Danen,"Ujar Amira dengan jujur. tidak mungkin jika dia harus menjaga jarak dengan Danen.
"Anza kamu udah baligh sebaiknya hubungan kalian tidak terlalu dekat. Umi gak mau kamu terlalu dekat tanpa memberikan jarak."
"Kalo itu mau Umi insyaallah Anza akan membatasi diri Anza sama Mas Danen um,"Ujarnya.
"Kalo jodoh pasti gak akan kemana. Anza tau itukan?"Tanyanya mengusap kepala Anza dengan penuh kasih sayang, Anza mengangguk tersenyum tipis. mereka segera menyelesaikan masakannya, setelah semuanya selesai mereka kumpul bersama untuk makan
Meja makan cukup hening, hanya ada dentingan sendok dan garpu. setelah mereka menyelesaikan makanannya, satu persatu pergi meninggalkan meja makan. Amira segera membersihkan meja makan "Umi istirahat aja biar Abang yang bantuin Anza,"Ujar Rendra mencegah Ellen.
"Ya udah umi ke atas dulu,"Ucapnya pergi meninggalkan Amira dan juga Rendra. Amira diam sembari mengumpulkan piring.
"De marah sama mas?"Tanya Rendra memperhatikan wajah adiknya yang murung.
"Mboten mas,"(nggak mas) Ucapnya namun tidak melirik ke arah Rendra, dia segera pergi menuju tempat mencuci piring. Rendra mengikuti adiknya ke belakang.
"Sepurane de, Mas mboten purun de lara ati, kowe isih terlalu cilik kanggo kenal tresna."(Maaf de, mas gak mau kamu sakit hati, kamu masih terlalu kecil untuk mengenal apa itu CINTA)
"Nggih Mas. Anza ngerti, maafin Anza. Anza janji gak deket-deket sama Mas Danen lagi,"Ujarnya. Rendra mengelus kepala Amira dengan lembut. Amira falisha anza, kerap dipanggil anza oleh Abi, Umi serta Rendra. hanya Danen yang memanggilnya Amira.
Setelah selesai mencuci piring Amira segera naik ke atas. dia harus memberitahu Danen, dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya dan begitu juga dengan Rendra. dia segera mengambil handphonenya dan mengetikkan sesuatu di layar hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTRA ADHARA TAHAP REVISI
Ficción GeneralGadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua nya, bahkan Ayah nya tidak menginginkan gadis itu lahir. "kalo Astra nggak bisa di kasih kebahagiaan tolong ambil saja nyawa Astra, Astra rela ya allah." Astra memandang langit, yang pen...