14. Sakit

3.7K 283 33
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum pembaca semuaa 🤗

Nunggu lama ya? Maaf yaaa🙏🏻

Up siang-siang gini hehe... Baru selesai ngetik 😁

Sebelum baca cerita, jangan lupa sholawat...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Koreksi kalau ada kesalahan ketik ataupun penyampaian dari saya yaaa

Jangan lupa vote dan komen sebelum bacaaa

Happy reading guys💖💖💖

♡ ♡ ♡

Setelah memastikan kompor telah benar-benar mati. Nayara bergegas menuju kamarnya untuk membangunkan sang putri. Dilihatnya anak itu masih setia bergulung dengan selimutnya di atas kasur.

Nayara tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala, tak biasanya Aira belum bangun di jam seperti ini. Terlebih hari ini adalah hari senin. Aira biasanya sudah bangun dengan antusias ingin segera bersekolah. Tapi hari ini?

"Aira... Sayang kenapa belum bangun hm?" ungkap Nayara sambil berjalan mendekati kasur.

Aira terlihat menggeliat kecil saat itu. Namun anak perempuan itu tidak menunjukkan ciri-ciri hendak membuka matanya.

Nayara membuang nafasnya berat. Ia duduk di tepi kasur, tangannya terulur untuk mengusap sisi wajah putrinya. Namun di saat itu Nayara langsung terkesiap saat merasakan permukaan kulit Aira terasa cukup panas. Lalu tangannya beralih menyentuh dahi, leher juga badan Aira yang suhunya sama panasnya seperti tadi.

"Astagfirullah, Aira demam," gumam Nayara cemas.

Aira yang sebenarnya sudah terbangun entah sejak kapan, kembali menggeliat saat merasakan sentuhan Nayara. Namun karena rasa pening yang gadis kecil itu rasakan ia tak sanggup membuka matanya lebar-lebar.

"Bunda," lirih Aira begitu pelan. Saking pelannya hingga terdengar seperti gumaman.

"Iya sayang, Bunda di sini." Nayara mendekatkan dirinya lebih dekat pada sang putri. Ia mengelus kepala Aira pelan.

"Kepala Aila pusing... Bunda... Badan Aila sakit,"  adu anak itu dengan suara mirip gumaman.

Nayara menarik nafas dalam. "Aira demam, Bunda ambilkan dulu kompresan ya sayang," kata Nayara.

Aira mengangguk pelan saat itu. Lalu kembali memejamkan matanya yang semula terbuka sedikit.

Nayara menatap Aira sejenak sebelum mengambil langkah menuju dapur. Ternyata di sana sudah ada ibunya yang sedang mencuci tangan di wastafel.

"Nay, Aira masih tidur?" tanya sang ibu.

"Aira demam Bu," sahutnya.

"Astagfirullah, kenapa bisa demam? Semalam kayanya masih ceria anaknya," kata Harumi.

Nayara menggelengkan kepalanya saat itu. "Naya juga nggak tahu Bu. Mungkin karena terlalu capek, kemarin Aira semangat sekali waktu main di taman," ungkap Nayara.

"Kamu cepat-cepat kompres dia, Nay. Terus kasih minum obat. Obat turun panasnya yang biasa Aira minum, ada?" tanya sang Ibu.

"Kayanya ada, tapi itu udah lama. Naya beli yang baru saja nanti," kata Nayara sambil bergegas menyiapkan kompresan.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang