42. Wanita Shalihah Perhiasan Dunia

2.8K 284 17
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Alhamdulillah ide lagi mengalir... Waktu lagi senggang dan tentunya mood lagi baik sehingga bisa up lagi... Walaupun belum bisa rutin kaya di awal-awal😊

Jangan lupa dipencet votenya ya... Biar saya makin semangat buat update hehe... Komen-komen jugaaaa😉

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Pastikan kalian sudah salat wajib sebelum membaca😊 Kalau belum, salat dulu yaa... Jangan di tunda-tunda karena kita nggak tahu kapan maut menghampiri...

Happy reading guys💕💕💕

♡ ♡ ♡

"Mas Mencintai kamu Nayara."

Nayara tercekat tatkala kalimat itu terucap dari bibir lelaki yang tengah mendekapnya erat saat ini. Kedua matanya tak lepas menatap dua pasang mata milik suaminya yang menyorot dirinya lekat.

"S-secepat itu?"

"Hm." Fadhil mengangguk dengan yakin. Sementara tangannya tanpa bosan terus mengusap sisi kepala istrinya.

Nayara terdiam mendengar gumaman kecil suaminya itu. Sebelum kembali ia mengutarakan apa yang tengah berkecamuk dalam hatinya.

"Kenapa bisa?"

Fadhil menghentikan gerakan tangannya untuk sejenak. Bibirnya mengukir senyuman kecil. Lalu kecupan singkat mendarat di pipi Nayara.

"Tentu bisa. Bukan hal sulit bagi Mas untuk menjatuhkan hati pada perempuan yang Allah takdirkan menjadi istri Mas. Semuanya sudah Allah atur sayang. Pertemuan kita, pernikahan, hingga cinta yang hadir di hati Mas ini. Semuanya atas kehendak Allah. Tidak perlu di pertanyakan lagi kenapa Mas bisa mencintai kamu dalam waktu yang singkat. Tentu semuanya karena kehendak Allah. Pemilik segala yang ada di alam semesta ini. Pemilik hati Mas." Fadhil membawa satu tangan istrinya menuju dadanya. Hingga saat itu juga dapat Nayara rasakan debaran kencang dari jantung milik suaminya.

Nayara menatap lekat wajah teduh suaminya saat ini. Senyuman kecil yang terpatri di bibir tebalnya membuat wajah itu tampak semakin tampan. Masyaallah.

"Sekarang Mas tanya kamu. Bagaimana perasaan kamu, Aya? Mas tidak akan menuntut kamu untuk membalas perasaan Mas saat ini, namun apa Mas boleh tahu apa kamu sudah percaya dengan Mas? Mengingat soal trauma kamu—"

Dengan keberanian yang entah datang dari mana. Nayara melayangkan kecupan di rahang suaminya itu. Menghentikan perkataan Fadhil yang tak mau Nayara bahas, karena sejujurnya ia sudah benar-benar percaya pada sosok di depannya ini.

"Bukankah hubungan kita yang semakin baik belakangan ini sudah bisa menjawab pertanyaan Mas? Tidak perlu Aya jelaskan, namun Aya rasa, Aya sudah percaya dengan Mas. Dengan hubungan ini," katanya jujur.

Fadhil menatap lekat sosok yang kini menggerakkan tangannya menuju ke pipinya. Usapan lembut dari tangan kecil milik sang istri membuat Fadhil memejamkan matanya. Menikmati sentuhan hangat yang membuat dadanya berdesir tidak karuan.

"Aya," seru lelaki itu pelan.

"Iya?"

Fadhil membuka matanya perlahan. Hingga tatapan kedua insan itu lagi-lagi saling bertemu dan mengunci satu sama lain.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang