33. Seperti Matahari

6.3K 380 64
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏🏻

Huaaa akhirnya bisa up setelah sekian hari huhu😭

Kangen nggak sama Fadhil sekeluarga?

Maaf banget ya baru up🙏🏻🤧

Semoga nggak bosan nunggu yaaa

Semoga masih suka sama cerita ini...

Oke langsung aja ya... Jangan lupa sholawat dulu...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Jangan lupa Vote dan Komen....

Semoga suka dengan part ini...

Happy reading guys💕💕💕

♡ ♡ ♡

Kaki mungil Aira, berlarian kecil di sekitar Fadhil yang berjalan bersama Nayara di sebuah pusat perbelanjaan. Ya, mereka tak jadi pulang siang tadi. Setelah salat zuhur di masjid yang tak jauh dari taman. Aira yang tadinya mengajak pulang, tiba-tiba ingin bermain lagi di taman yang sama setelah tidak sengaja melihat berbagai wahana bermain anak di taman itu. Namun karena matahari sedang panas-panasnya saat itu, Fadhil lantas mengajak Aira untuk bermain di sebuah playground yang ada di pusat perbelanjaan ini.

Aira terlihat begitu senang bermain-main di tempat itu. Apalagi banyak anak seusianya yang juga sedang bermain. Saking asyiknya, Aira sampai menghabiskan dua jam untuk bermain. Dan itupun karena Nayara yang membujuk Aira untuk berhenti. Anak itu terlewat anteng sampai melewatkan tidur siangnya hari ini.

Puas bermain, kini keluarga kecil itu mengelilingi pusat perbelanjaan untuk melihat-lihat dan mungkin berbelanja jika ada yang menarik perhatian mereka. Tentu saja Fadhil yang mengajak. Lelaki itu tentu ingin menyenangkan istrinya juga saat ini.

"Ay, jangan cuma di lihat dari luar. Jangan ragu untuk membeli sesuatu," kata Fadhil sambil meraih satu tangan Nayara dan menggenggamnya.

Nayara menoleh pada suaminya. Perempuan itu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Nggak perlu Mas, Aya sedang tidak ingin berbelanja," kata perempuan itu.

Fadhil menghembuskan nafasnya saat itu. Lalu perhatiannya kembali ia alihkan untuk mengawasi Aira yang sejak tadi berlarian sendiri di sekitarnya karena tak mau di gandeng.

"Kalau bukan untuk kamu, mungkin untuk Aira Ay."

Nayara menoleh pada putrinya. Ia tersenyum. "Nanti saja Mas," katanya.

Fadhil kembali menatap Nayara. "Pokoknya hari ini Mas mau lihat kamu belanja Ay. Nggak masalah walaupun hanya membeli satu gamis," paksa Fadhil.

"Gamis Aya masih banyak di rumah, Mas. Aya belum mau nambah baju. Aya takut hisab Aya semakin lama di akhirat nanti," timpal Nayara.

Seketika Fadhil terdiam, lelaki itu menghentikan langkahnya saat itu juga. Mau tak mau membuat Nayara ikut berhenti. Lelaki itu memutar tubuhnya menghadap istrinya. Mengusap pipi Nayara sambil tersenyum.

"Masyaallah," gumam lelaki itu. "Mas setuju dengan pendapat kamu. Tapi Ay tolong izinkan Mas untuk menyenangkan kamu hari ini. Mas tidak tahu kapan lagi bisa jalan-jalan dan temani kamu belanja seperti sekarang ini. Masalah baju, tidak masalah kalau kamu membeli yang baru. Baju lama yang sudah tidak terpakai bisa kamu keluarkan dari lemari," ungkap Fadhil.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang