7. Bertemu Bunda

4.4K 315 12
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum para pembaca 🤗

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Jangan lupa salat dan baca Al-Qur'an oke?

Pencet tombol vote di part ini sebelum baca yaa... Komen-komen jangan lupaaa...

Mohon koreksi jika ada yang salah dari tulisan atau menyampaikan dari saya...

Happy reading guys🤗🤗🤗

♡ ♡ ♡

Waktu sudah menunjuk pukul dua siang lebih beberapa menit. Fadhil yang tengah sibuk dengan laptop dan pekerjaannya sejenak menatap jam di tangannya. Kemudian ia melirik ke sampingnya. Di mana Aira tampak tertidur pulas di atas sofa.

Tadi saat Fadhil berbincang dengan Asad, gadis kecil itu malah tertidur di pangkuannya. Mungkin Aira sudah kelelahan setelah berjalan jauh dan juga akibat banyak menangis. Jadi gadis itu mudah tertidur.

Fadhil mengubah posisi duduknya sedikit menyamping. Ia menunduk mendekatkan dirinya pada Aira. Mengelus sisi kepala gadis itu dengan lembut sambil tersenyum kecil.

"Masyaallah, anak manis ini kenapa tetap lucu saat tertidur hm?" gumam lelaki itu. Entahlah kenapa Fadhil bertingkah seperti itu. Walaupun Fadhil sangat suka dengan anak kecil sejak dulu. Tapi dengan Aira, Fadhil merasa berbeda. Anak ini terlalu menggemaskan hingga dirinya benar-benar menyukainya. Sudah Fadhil bilang, kalau bisa ia ingin sekali mengantongi Aira dan membawanya pulang.

Sebelum menjauhkan dirinya dari Aira, Fadhil mengusap jejak keringat di kening gadis kecil itu. Cuaca memang sedikit panas saat ini. Lelaki itu kemudian mengatur suhu AC di ruangannya agar lebih sejuk agar Aira tak kepanasan.

Pria itu beranjak dari sofa menuju meja kerjanya. Mengambil beberapa dokumen barulah ia kembali ke tempat semula.

Tak lama dari itu, pintu terdengar di ketuk beberapa kali dari luar sebelum kemudian terbuka. Menampilkan sosok Asad yang saat itu langsung masuk ke dalam ruangan.

"Assalamu'alaikum," ucapnya.

"Waalaikumusalam, gimana Bu Yuni sudah kembali?" balas Fadhil.

Asad menggeleng, ia kemudian duduk di sofa lain di dekat Fadhil. "Bahan dapur datangnya di antar supir. Bu Yuni tidak ikut ke kantor lagi sepertinya," ungkap Asad.

Fadhil memandangi Asad selama beberapa saat. Tak tahu harus bagaimana untuk menghubungi ibunya Aira.

"Coba kamu telepon Bu Yuni," titah Fadhil.

"Dari tadi sudah di telepon tapi tidak ada jawaban," balasnya.

"Keluarga Aira pasti sedang cemas mencari anak ini. Kamu tidak bisa cari datanya perempuan bernama Naya itu? Kita bisa datangi alamatnya untuk mengantar Aira," ungkap Fadhil.

Asad tampak membuang nafasnya kasar saat itu. "Masalahnya itu Dhil. Saya juga sudah cari, tapi datanya tidak ada. Mungkin karena belum seminggu bekerja, Bu Yuni belum memasukan datanya ke data perusahaan. Biasanya khusus pegawai di dapur dan kantin memang seperti itu kan?"

"Kalau begini tidak ada cara lain selain menunggu Bu Yuni menghubungi balik saja Sad," pasrahnya. Asad mengangguk setuju dengan ucapan Fadhil. Dan perbincangan mereka kini berlanjut membahas pekerjaan mereka.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang