40. Pagi Untuk Mas

3.2K 295 17
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Aduh maaf yaa sebulan ngilang🙏🏻🤧

Langsung aja ya...

Jangan lupa baca shalawat hari ini...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Vote dan komen guys...

Happy reading semua 💕💕💕

♡ ♡ ♡

Sesaat memasuki kamar suaminya di kediaman mertuanya. Nayara tidak menemukan sosok Fadhil di sana. Namun suara gemericik air di balik pintu kamar mandi membuat Nayara tahu kalau sosok yang dirinya cari pasti sedang membersihkan diri.

Seperti kebiasaannya setiap pagi setelah menikah. Nayara berjalan menuju lemari, menyiapkan pakaian untuk sang suami yang akan berangkat bekerja pagi ini.

Di tengah kegiatannya menyiapkan keperluan suaminya, terdengar pintu kamar mandi terbuka. Nayara menoleh ke arah Fadhil yang baru saja keluar, lelaki itu sudah mengenakan kaos putih polos dan bawahan boxer pendek. Rambutnya yang masih basah tampak di gosok pelan menggunakan handuk yang tersampir di bahunya.

Fadhil tersenyum menatap kehadiran Nayara. Pun di balas istrinya dengan senyuman kecil. Lelaki itu membawa langkahnya mendekat pada Nayara yang sibuk mencari sesuatu di dalam lemari.

Tiba di belakang sang istri, kedua tangannya bergerak merengkuh pinggang istrinya. Memeluk tubuh Nayara dari arah belakang hingga membuat gadis itu tersentak.

Fadhil menunduk, menaruh dagunya di salah satu pundak Nayara. Matanya melirik wajah istrinya yang tampak mulai merona. Ia terkekeh melihat itu.

"Barusan dari mana?" tanya Fadhil lirih.

"Dari... Dapur. Bantu Mama siapkan sarapan," jawab perempuan itu sedikit gugup. Entahlah, walaupun selama ini Fadhil seringkali memeluknya secara tiba-tiba seperti ini. Namun Nayara belum juga terbiasa dengan reaksinya sendiri yang selalu gugup.

Sebisa mungkin Nayara mengenyahkan rasa gugupnya. Ia kembali sibuk dengan mencari keberadaan dasi untuk suaminya pakai di dalam lemari. Fadhil sendiri memang tidak membawa baju bekal dari rumahnya, karena di rumah ini masih ada beberapa baju miliknya.

"Mas, kamu simpan dasi sama kaus kaki di mana?" tanya Nayara saat belum juga menemukan dua benda itu di sini.

"Di laci itu," balas Fadhil sambil menunjuk sebuah laci di dalam lemari. Setelah itu, ia kembali merengkuh tubuh Nayara dengan nyaman. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya yang tertutup jilbab. Rasanya selalu nyaman seperti ini.

"Mas, jangan gitu," tegur Nayara dengan suara lirih saat merasa geli karena ulah sang suami yang memainkan dagunya di bahu Nayara.

"Hm?" Fadhil tak mengindahkan perkataan istrinya. Lelaki itu terlalu menyaman memeluk Nayara.

"Mas, rambutnya masih basah," kata Nayara lagi saat tetesan air dari rambut suaminya mulai menetes membasahi jilbabnya.

"Keringkan sama kamu," jawabnya.

Nayara menghembuskan nafas pasrah saat itu. Ia memegangi tangan suaminya yang melingkar di perutnya. Lalu melepaskan pelukan itu. Fadhil pun menjauhkan kepalanya dari leher sang istri saat Nayara membalikkan tubuhnya menghadap ke Fadhil.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang