RXA 07

9.3K 747 51
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

Pagi hari nya

Keano yang baru saja pulang sedikit mendengus sebal. Jika bukan karena motornya yang rusak ia benar-benar akan meledakkan tempat tadi.

Karena penyerangan yang di lakukan semalam cukup lama, apalagi melibatkan motornya (kendaraan satu-satunya yang ia miliki saat itu) rusak parah, membuatnya terpaksa pulang jalan kaki.

Melirik sejenak ke arah arloji nya yang tertera jam setengah 7 pagi. Itu artinya mungkin orang rumah sudah bangun.

Memilih bodo amat Keano memutuskan tetap masuk ke dalam mansion yang sangat ia benci untuk mengakui kalau itu adalah 'rumah nya.

Tapi ia sudah memiliki firasat yang kuat jika hal buruk pasti akan segera menimpa nya.

Tapi ia memilih bodo amat.

Dan benar saja...

Plaakk

"Kamu mentang-mentang gak di kasih tau malah makin kurang ajar! Mau jadi apa kamu kalau keluyuran gak jelas ke sana!"

Begitu ia memasuki ruang tengah, ia melihat seluruh keluarga Wijaya ada di sana. Tanpa terkecuali.

Keano melirik tajam ke arah orang yang menampar nya itu. Tak peduli dengan rasa sakitnya (karena sudah terbiasa) Keano memberanikan diri kembali menatap ke arah pria paruh baya yang memerankan peran 'ayah itu.

Plaakk

"Apa yang kamu lakuin ke keluarga Cakrawala HAH? Kamu buat masalah sama mereka? Hukuman kemarin masih belum cukup buat kamu! Perbaiki diri kamu! Liat Abang kamu itu! Kamu tega ngebiarin dia stress ngurusin masalah kamu!"

Wajahnya kembali tertoleh, memar membiru juga mulai terlihat. Sepertinya tamparan yang kedua cukup kuat untuk kali ini.

Mengalihkan pandangannya ke arah Gibran yang sedang menatapnya tajam. Tapi tak lama anak itu memalingkan muka.

Ternyata ia masih belum terbiasa dengan tatapan yang tak kalah tajam dari adiknya itu.

"Dasar gak tau diri! Udah bagus ayah diemin lo biar lo berubah tapi tetep aja bikin masalah di luar! Belom puas udah bikin keluarga Wijaya malu?" Ucapan sarkas itu terdengar.

Keano mengalihkan pandangannya ke arah Yudistira yang baru saja berucap demikian.

"Lo tu--"

Deegg

Saat Leonard akan menyahut, ia langsung terdiam saat merasakan hawa tak mengenakan dari Keano.

Bahkan hanya dengan tatapan matanya saja anak itu langsung bungkam.

"Lima hari ke depan jangan pernah berani pergi keluar dari mansion! Pergi ke kamar kamu renungin apa yang udah kamu perbuat sama keluarga Cakrawala itu!" Ucapan tegas dari Albian membuat Keano kembali menatap ke arahnya.

"Trik murahan"

Mereka yang ada di sana langsung terkesiap begitu mendengar nada menyindir dari ucapan Keano.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang