RXA 09

9.4K 690 80
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

Sehari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari.

Lima hari sudah berlalu. Tapi kondisi kediaman Wijaya tak berubah sejak lima hari kemarin.

Mereka masih sama-sama berdiam diri merenungkan segala kesalahan mereka. Bahkan kadang sampai lupa untuk makan.

Dan saat ini mereka semua berkumpul di ruang tengah setelah selesai sarapan. Niat awal ingin membahas masalah musuh yang sedang mengincar keluarga Wijaya akhir-akhir ini. Tapi ternyata yang lain ikut berkumpul sehingga baik Albian ataupun Gibran mengurungkan niatnya.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki terdengar yang membuat mereka kompak menoleh ke arah suara.

Dan mereka melihat Keano yang sudah memakai pakaian serba hitam. Tapi yang membuat mereka salah fokus adalah beberapa perban yang terlihat pada jari jemari Keano dan juga wajahnya yang terbilang pucat.

Sedangkan si empu terlihat memasang wajah datar dan dinginnya seraya melangkah pergi keluar.

Masa bodo ia di hukum lagi. Udah biasa.

Mengacuhkan semua keluarga Wijaya yang terdiam, Keano beranjak pergi menggunakan motornya.

Motor baru, beli sendiri. Masih dendam Keano sama tu keluarga, beruntung pemilik raga nya ini pinter ngelola duit. Jadi gak pusing mikirnya gimana.

Niat awal sebenarnya Keano pengen belanja suku cadangan. Tapi teringat jika ia ingin ke kediaman Cakrawala mengembalikan barang milik Ary sehingga ia mengambil arah yang lebih jauh.

Dalam perjalanan Keano sebisa mungkin menahan rasa pusingnya saat di rasa semakin memuat kepalanya berat.

Sepertinya luka kemarin membuatnya lemas.

Beruntung ia bisa sampai terlebih dulu di kediaman Cakrawala sebelum ia semakin merasa pusing.

"Maaf, ada keperluan apa anda datang kemari?" Seorang bodyguard terlihat menahan Keano yang hendak menerobos masuk itu.

Keano menatapnya sejenak sebelum akhirnya berucap.
"Ary, mengantarkan barangnya yang tertinggal"

Bodyguard tadi sempat terlihat ragu, tapi melihat barang apa yang di maksud membuatnya membukakan pintu gerbang kediaman Cakrawala dan membiarkan Keano masuk.

Di kediaman Cakrawala sendiri terlihat tiga anak Cakrawala sedang ada di ruang tengah bermain game bersama.

Sedangkan di sofa ada Altares dan Lina yang sesekali berbincang ringan tentang masalah perusahaan maupun musuh yang mengincar keluarga Cakrawala.

"Maaf mengganggu Tuan Besar, di depan ada tamu yang ingin bertemu dengan Tuan Muda Ary"

Ary yang sedang main game berkedut kesal karena kedatangan tamu yang padahal ia tak pernah membuat janji dengan siapapun.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang