RXA 15

7.2K 511 9
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

Keano melangkah dengan hati-hati tapi juga pelan.

Memasuki ruangan sepi itu dan menghampiri ranjang dimana seorang wanita cantik berwajah pucat berbaring di sana.

"Ucapan ku waktu itu.. Masih berlaku"

Wanita cantik itu terbangun dan melihat siapa yang baru saja berbicara padanya itu.

Detik itu juga ia langsung mendudukkan dirinya dan menatap senang ke arah Keano.

"Ano... Kamu kapan datang? Dari kemarin... Kenapa belum pulang?" Wanita cantik itu mengangkat tangannya bergerak menyentuh tangan Keano.

Keano terdiam saat merasakan begitu lembutnya tangan yang sudah lama selalu berbuat kasar padanya itu.

Tak bisa di pungkiri ia sebenarnya menginginkan kasih sayang sejak lama, namun rasa takutnya akan harapan membuat keinginan nya terkubur dalam.

"Aku hanya akan mengunjungi mu di saat malam, maaf menganggu waktu istirahat mu, tapi aku kemari hanya ingin memenuhi keinginan mu" Ujar Keano dengan jelas.

Anak itu bahkan menatap manik gelap sayu milik wanita cantik itu.

Wanita itu sejenak termenung sebelum akhirnya ia mengulas senyumannya.
"Bunda gak keberatan, makasih udah mau njenguk Bunda. Bunda janji bakal sembuh tapi Ano.. Putra Bunda juga sesekali pulang ke rumah... Di luar bahaya" Ujar nya seraya mengusap pelan tangan putranya itu.

Tangan yang hampir sama halus nya dengan tangannya itu membuatnya nyaman dan juga merasakan perasaan hangat menyelimuti hati nya.

"Kau tidak perlu khawatir, di luar sana aku hampir menyelesaikan mereka. Aku hanya menitipkan pesan jika ingin pergi keluar setidaknya ajak seseorang" Ujar Keano sembari menatap wanita cantik itu.

Wanita itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya meraih Keano ke dalam dekapannya.

"Ano... Putra Bunda... Maafin Bunda.. Bunda udah jahat sama kamu dulu.. Bunda minta maaf.. Maaf udah buat luka batin di hati Ano... Bunda janji akan sayang sama Ano... Tapi Bunda mohon... Jangan tinggalin Bunda.. Gak papa kalau mau ketemu setiap malam.. Tapi Bunda mohon jangan tinggalin Bunda..." Wanita itu, Laila, berucap dengan nada bergetar diiringi bahu nya yang juga bergetar menahan perasaan bersalah yang membuatnya sakit.

Mendekap erat tubuh putranya itu yang nampak tidak keberatan dengan nya.

Padahal beberapa waktu lalu mereka sempat cekcok dengan mendengar segala keluh kesah nya.

Keano membisu.

Ia terdiam kaku bingung ingin melakukan apa. Dekapan yang ia rasa benar-benar menghangatkan dirinya yang berusaha untuk menjauhkan wanita itu.

Namun sayang tubuhnya bergerak tak sesuai apa yang ia pikirkan. Ia membalas pelukan itu dan dengan diam mendengarkan segala ucapan Laila.

Sesekali juga menyahut dengan anggukan atau gelengan ringan, hingga tubuhnya tiba-tiba serasa membeku saat Laila mencium lama kening nya.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang