RXA 10

9.5K 661 13
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

"Adikku, Zayyan Maulana dia saudara kembar Rifki Maulana, aku dan keluargaku sering mendapatkan kabar tentang dirinya yang mendapat kekerasan dari temannya. Aku hanya ingin kamu mengajaknya berteman dengan mu, tapi jika kau tidak mau tolong jaga dia untukku"

"Aku sudah mengirim beberapa orang penting untuk menyamar dan membuatnya membaik. Tapi belakangan ini hal itu tidak terjadi perubahan. Yang ada justru semakin buruk, adikku semakin menjadi pribadi yang lebih tertutup dan pendiam, ia bahkan mengacuhkan kami. Aku tidak keberatan jika kau tidak ingin berteman dengannya. Aku hanya ingin meminta bantuan dari mu untuk merubahnya"

"Keluarga kami sudah berkerabat lama dengan keluarga Cakrawala, jadi kami juga tidak menutup rahasia masalah keluarga tentang ini. Tapi belum ada solusi agar dia bisa menjadi lebih baik lagi"

Keano menatap ke arah langit-langit tempatnya berada sekarang.

Hari berlalu menjadi malam dengan cepat, dan sekarang Keano sedang ada di halaman belakang kediaman Cakrawala. Lebih tepatnya dekat dengan kandang Singa milik Altares.

'Niat awal gue cuma pengen balikin barang kenapa jadi rumit gini elah'
Keano menghela nafas pasrah. Sebenarnya ia memang tidak ingin menerima permintaan bantuan dari Fahri, tapi insting melindunginya sudah tertanam kuat dalam jiwanya.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memikirkan sesuatu yang mungkin bisa ia lakukan besok.

Besok? Besok hari minggu, jadi mungkin lusa ia akan memikirkan nya. Untuk sekarang ia ingin tenang sejenak.

Mungkin ke depan nya tak hanya musuh keluarga Wijaya atau musuh bayarannya, mungkin musuh dari banyak keluarga besar juga harus ia bereskan.

"Bang Ano, kenapa ada di sini? Abang harusnya istirahat biar cepet sembuh" Ujar Ary yang berjalan menghampiri Keano bersama Cakra dan Indra.

Keano menatap nya sekilas sebelum akhirnya kembali menatap ke arah langit malam.

Ary bergerak duduk di sebelah kiri Keano, Cakra di sebelah kanan Keano sedangkan Indra duduk di sebelah Ary.

"Abang, masih sakit gak?" Ujar Ary bertanya cemas.

"Gak"

"Terus ngapain di sini? Ini udah malem udah jelas dingin, tapi Abang gak pake jaket atau apapun" Ujar Indra ikut menyahut bertanya.

'Kepo lo pada'
Keano sejenak menatap keduanya datar.
"Gabut"

Cakra hanya bisa speechless melihat interaksi adiknya yang bahkan tidak mempermasalahkan jawaban singkat dari Keano.

"Bang Ary, temenin liat Taka yuk, udah lama aku gak liat dia" Ujar Indra pada Ary.

"Ogah! Gak mau! Ntar gua di makan sama dia gimana? Lo mau tanggung jawab?" Ujar Ary menolak dengan kasar.

"Ary, bahasanya" Tegur Cakra saat mendengar cara bicara Ary yang menggunakan bahasa gaul.

"Gak usah ngatur-ngatur ye" Ujar Ary menatap sengit ke arah Cakra.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang