RXA 18

6.9K 457 10
                                    

Catatan!
Jika ada kesamaan baik nama, latar, alur, atau mungkin jalannya cerita, itu hanya kebetulan semata

Hargai sebagai sesama penulis maupun pembaca, dilarang plagiat, no copy paste

Hard word / typo bertebaran
Sider's jauh-jauh sana
Jangan lupa vote komennya, bikin author seneng gak susah kok
__________________________________________________________
__________________________
_____________________
_____________
________

Pagi harinya.

Keano terbangun saat merasakan kebas di tangan kirinya. Dan saat ia menoleh pandangannya langsung berubah datar saat tau selang infus bertengger apik di sana.

Tapi tak berselang lama saat ia menyadari tangan seseorang yang sedang memeluk pinggang nya itu.

Sempat menggeram marah karena seseorang dengan lancang menyentuhnya, tapi terurung saat melihat kakak keduanya, Dani yang ternyata masih terlelap di sisi sampingnya.

Yahh karena masih pagi buta jadi hanya Keano yang baru bangun, dikarenakan sudah menjadi kebiasaan untuknya jika bangun tidur.

Keano dengan hati-hati mulai mendudukkan dirinya. Entah karena Dani yang sensitif akan sentuhan atau justru Keano yang bergerak terlalu berlebihan Dani jadi terbangun.

Anak itu bahkan terlihat langsung terduduk dan membantu adiknya untuk bersandar di dashboard nya.

"Ada yang sakit? Pusing? Atau nyeri? Katakan saja" Dani terlihat menelisik setiap inci tubuh Keano karena siapa tau ada luka yang Keano sembunyikan.

Keano menatap heran remaja yang sialnya harus ia anggap kakaknya itu. Tidak biasanya ia akan bertingkah perhatian seperti ini.

Seketika Keano teringat akan kejadian semalam dimana dirinya teringat akan banyaknya ingatan kelam yang teringat olehnya.

Menghela nafas berat sebelum akhirnya menggeleng, sebagai jawaban tidak.

"Butuh sesuatu?" Dani kembali bertanya sembari menatap adiknya yang menatap datar dan kosong ke arah kedua tangannya itu.

Keano mengedarkan pandangan nya, dan tatapan nya jatuh pada jam dinding yang tertera pukul 6 lebih 10 menit itu.

"Ambilkan ponselku" Ujar Keano tanpa menoleh.

Tapi Dani tidak mengidahkan hal itu, ia tetap menuruti permintaan adiknya dan mengambilkan ponsel nya yang ada di nakas belakangnya.

Keano mengutak-atik ponselnya mengirim pesan pada seseorang sebelum akhirnya mematikan ponsel dan meletakkan nya di sampingnya.

"Ini sudah mulai pagi, aku akan panggilkan dokter untuk melepaskan infus mu itu" Ujar Dani seraya mengambil ponselnya. Untuk menghubungi Dokter Noval.

Sedangkan Keano hanya menatap tanpa minat kearahnya. Lalu ia menyentuh dahinya saat di sana sesuatu yang kuat dan halus seperti melilit nya.

Karena tidak melihat apa itu ia mengambil ponselnya untuk berkaca.

Damn!

Keano berubah suntuk saat melihat pantulan dirinya di layar ponsel memakai perban di kepalanya dan juga plester penurun panas.

Awalnya tangannya bergerak melepaskan plester penurun panas itu tapi tangan Dani dengan cepat lebih dulu menahannya.

"Jangan asal melepasnya, lukanya bisa terbuka. Tunggu dokter untuk melepaskan nya" Ujar Dani mencoba memberi pengertian.

[Transmigrasi] Peluru Kedua [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang